Cerita Keluarga Agustina di Medan, Dianiaya Hingga Tak Dapat Bantuan Pemko
Part I Dianiaya Hingga Tak Dapat Bantuan Pemko
Baca Juga:
digtara.com – Cerita pilu dari keluarga Agustina (30) warga Jalan Sehati, Medan Perjuangan, Kota Medan. Janda beranak 4 ini terpaksa harus tinggal di kendaraan odong-odong milik warga.
Selain mereka berlima, ada dua orang lagi adik kandung Agustina yakni Aisyah Lili Lubis (13) dan Mei Mei Lubis (11) yang harus bertarung dan bertahan hidup di usia belianya.
Cerita berawal dari kebijakan Menteri Hukum dan HAM yang memberikan asimilasi pada narapidana dengan alasan pencegahan dan memutus penularan wabah Covid-19.
AP (25) salah satu yang beruntung mendapatkan kesempatan tersebut. AP merupakan residivis 7 kali dalam kasus kejahatan yang sama yakni maling.
Pasca mendapat asimilasi, AP tinggal bersama Agustina dan anak serta adik kandungnya, di rumah nenek.
AP yang sering menggunakan narkoba jenis sabu, berdasarkan pengakuan Agustina, sering kehilangan akal sehat sehingga berbuat sadis dengan menganiaya, Aisyah dan Mei Mei. Tak jarang pula anak Agustina menjadi sasaran kegilaan AP, hanya karena hal sepele yakni tidak adanya makanan di rumah.
Dari pemukulan, tendangan hingga bantingan dilakukan AP terhadap keluarganya tersebut.
“Kami diusir dan dianiaya sama AP. Saat ini kami tidur di odong-odong, berselimutkan angin malam dan beralaskan besi,” kata Agustina pada digtara.com
Dibantu Warga
Beruntung, setelah sepekan tidur di odong-odong, mereka ditemukan dan dibantu oleh warga sekitar, salah satunya Ilham. keluarga tersebut diberikan tempat tinggal sementara di sebuah rumah kosong, milik warga.
https://www.youtube.com/watch?v=GX_wy9yeAYI
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Agustina mengaku pada saat penganiayaan yang dilakukan oleh AP, dirinya mencoba melindungi kedua adik kandungnya serta anaknya. Namun karena kalah fisik, Agustina pun menjadi sasaran amukan pelaku.
Penganiayaan yang dialami tidak hanya sekali dan berkali-kali. AP kerap memukul dan menendang. Bahkan piring dan gelas pernah di lemparkan ke Aisyah, adiknya sendiri hingga terluka.
Kini rumah nenek sudah kosong, karena tidak ada yang tahan tinggal bersama AP. Nenek renta yang sudah berusia (80) diungsikan ke rumah warga lainnya.
AP sendiri sudah jarang pulang ke rumah karena dicari-cari orang, mungkin berkasus. Tapi keluarga Agustina takut untuk kembali ke rumah nenek.
“Dah gila dia (AP), sering pakai narkoba dan menganiaya. Dia itu udah gak ngasih makan, apapula haknya memukuli kami,” kesal Agustina.
Untuk bertahan hidup, sebelum pandemi Covid-19 melanda, Agustina bekerja di sebuah rumah makan dengan mencuci piring. Namun, sejak Februari 2020 lalu, dirinya sudah tidak lagi bekerja.
Pasca tak bekerja, memulung (botot barang bekas) dilakukan Agustina untuk bertahan hidup. Dalam sehari bisa mendapatkan 15 ribu rupiah. Dan terkadang mencuci pakaian warga.
Suami meninggal dan jadi tulang punggung
“Bisa lepas makan untuk menghidupi adik dan 4 anak. Alhamdulillah. Saya juga harus memikirkan biaya sekolah mereka. Ada 3 orang yang sekolah,” ceritanya.
Suami Agustina sendiri sudah tiga tahun yang lalu meninggal dunia. Kini dirinya menjadi tulang punggung keluarga dan kedua adiknya yang masih belia.
Keluarga ini pun mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari Pemko Medan. Dan ditengah pandemi Covid-19, tidak terdaftar sebagai penerima bantuan.
“Saya berharap, anak dan adik saya bisa terus bersekolah. Pendidikan itu sangan penting. Pada pemerintah tolong saya,” pintanya.
Agustina pun tidak berencana melaporkan AP, pelaku penganiayaan yang juga adik kandungnya sendiri. “Saya sudah lelah, biarlah Allah yang menghukumnya. Toh 7 kali jadi residivis tidak membuatnya bertaubat,” tutupnya.
(Bersambung)
https://www.youtube.com/watch?v=62rsznKPr1k
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.