IHSG Naik, Serangan Bom di Arab Saudi Picu Kenaikan Saham Komoditas

digtara.com – Bursa di kawasan Asia kembali masuk ke zona positif seiring sikap optimis pasar menyongsong kebijakan stimulus fiskal yang setahap lebih maju prosesnya mendekati kesepakatan. Sementara serangan bom di Arab Saudi memicu kenaikan harga komoditas minyak mentah.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Meski demikian pelaku pasar masih dihantui rasa takut dari kenaikan Yield obligasi AS yang kerap mengalami kenaikan. Kenaikan Yield bisa membuat kinerja pasar saham tertekan.

Demikian pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Senin (8/3/2021).

Menurut Gunawan, di pekan ini, kedua sentiment itu akan lebih banyak mendominasi pelaku pasar. Keduanya memberikan dampak yang berbeda terhadap pasar keuangan. Sehingga memang sebaiknya pelaku pasar lebih berhati-hati akan volatilitas pasar keuangan yang bisa saja terjadi.

Pada sesi pembukaan perdagangan awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat di level 6.304. IHSG sejauh ini juga masih mampu bertahan di atas level 6.300.

Sementara itu, mata uang Rupiah justru diperdagangkan melemah di level Rp14.335 per US Dolar. Kinerja Rupiah masih terpuruk dan belum diuntungkan dari kabar stimulus fiskal AS yang digelontorkan nantinya.

Disisi lain, harga minyak mentah dunia meroket menyentuh level $70 per barel pada hari ini. Serangan bom ke salah satu pusat produksi minyak Arab Saudi memicu kenaikan harga minyak tersbeut.

Akan tetapi pelaku pasar sebaiknya tidak merespon kenaikan tersebut dengan memborong sejumah saham berbasis komoditas yang memang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak.

Kenaikan harga minyak dan potensi komoditas lain seperti batubara, minyak sawit atau komoditas lainnya hanya akan berlangsung sesaat. Jadi jangan merespon berlebihan kenaikan harga komoditas akibat serangan ke sejumlah fasilitas minyak milik Arab Saudi.