27 Tahun Tinggal di Rumah Berdinding Goni Bekas, Lansia Dapat Bantuan
digtara.com – Suyitno (65) dan Rosida (63), pasangan suami istri (pasutri) lanjut usia (lansia) yang sudah 27 tahun tinggal di rumah berdinding goni bekas di Dusun I, Gang Amal, Desa Lengau Seprang, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, akhirnya mendapat bantuan, Jumat (25/6/2021).
Baca Juga:
Bantuan berupa tali asih itu diserahkan Camat Tanjungmorawa, Marianto Irawadi bersama unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) lainnya dan perangkat Desa Lengau Seprang.
Di kesempatan itu, Marianto Irawadi, menjelaskan Suyitno tergolong keluarga tidak mampu memiliki 11 anak dari dua Istri (istri pertama meninggal dunia) dan sudah mendapat bantuan pemerintah dengan masuk ke Program Keluarga Harapan (PKH).
“Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa juga sudah memasukan Program Bedah Rumah, tapi terkendala karena status kepemilikan tanah bukan milik Suyitno, sehingga tidak bisa dilaksanakan. Rumah yang ditempati milik orang lain, dan Bapak Suyitno selama ini sebagai buruh tani,” kata Marianto.
Pun begitu, sambungnya, Pemerintah Kecamatan Tanjungmorawa dan Pemerintah Desa Lengau Seprang, tetap akan membantu untuk membenahi agar rumah Suyitno tidak bocor saat hujan.
“Kami tetap memerhatikan keluarga Bapak Suyitno, dan ada sedikit bantuan yang kami berikan. Kita mengimbau kepada Kepala Desa Lengau Seprang untuk membantu Keluarga Bapak Suyitno,” ucapnya.
Sudah 27 Tahun
Diketahui, Suyitno bersama istrinya, dan Rosida, mau tak mau harus tinggal di sebuah rumah berdinding goni bekas di Dusun I, Gang Amal, Desa Langau Seprang, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang.
Rumah berukuran 6 kali 6 meter yang jauh dari kata layak itu mereka tempati sejak puluhan tahun silam. Mirisnya ketika hujan turun. Mereka harus menampung air hujan dengan rantang. Air hujan itu merembes dari atap rumah yang terbuat dari tepas.
Keduanya hanya bisa pasrah. Tak banyak yang mampu mereka lakukan.
Kepada wartawan di rumahnya, Rosida, mengungkapkan dia sudah 27 tahun tinggal bersama sang suami di rumah itu.
“Beginilah keadaan rumah, kalau hujan pasti kebanjiran. Airnya air masuk dari atas atap,” ungkap Rosida.
“Jangankan membangun rumah, untuk menyambung kehidupan, saya harus pontang-panting jadi buruh cuci. Suami tak bisa lagi nyari nafkah, fisiknya tak mampu lagi,” urainya sambil mengusap tetesan air matanya membasahi pipi. (mg-02)