Sabtu, 21 September 2024

Ketika Amsterdam Minta Maaf Soal Perbudakan Saat Menjajah Indonesia

- Sabtu, 03 Juli 2021 01:00 WIB
Ketika Amsterdam Minta Maaf Soal Perbudakan Saat Menjajah Indonesia

digtara.com – Wali Kota Amsterdam Femke Helsema meminta maaf atas keterlibatan kota tersebut kota tersebut secara aktif atas perdagangan budak pada era kolonialisme di masa lalu. Permintaan maaf itu juga ditujukan ke Indonesia yang 3,5 abad dijajah Negeri Kincir Angin tersebut.

Baca Juga:

“Atas nama kota ini, saya meminta maaf atas keterlibatan aktif dewan kota Amsterdam dalam sistem komersial perbudakan kolonial dan perdagangan manusia global yang mengarah pada perbudakan,” ucap Femke Halsema, seperti dilansir AFP, Jumat (2/7).

Pada puncak kerajaan kolonial, United Provinces yang kini dikenal sebagai Belanda, memiliki wilayah penjajahan seperti Suriname, Pulau Curacao di Karibia, Afrika Selatan dan Indonesia, di mana Perusahaan Hindia Timur Belanda bermarkas pada abad ke-17 silam.

Di Belanda, seperti di negara-negara Eropa lainnya, perdebatan soal masa lalu kolonialisme dan peran dalam perbudakan mencuat setelah gerakan Black Lives Matter marak di Amerika Serikat (AS).

“Sudah waktunya untuk mengintegrasikan ketidakadilan besar dari perbudakan kolonial ke dalam identitas kota kita,” ujar Halsema dalam pidato memperingati penghapusan perbudakan pada 1 Juli 1863 di Suriname dan Karibia yang menjadi bagian Kerajaan Belanda.

Halsema menyebut bahwa Provinsi Holland, yang mencakup Amsterdam, menjadi ‘pemain utama dalam perdagangan dan eksploitasi budak-budak’. Dia menambahkan bahwa pada abad ke-18 sekitar ’40 persen pertumbuhan ekonomi datang dari perbudakan’.

“Dan di Amsterdam, hampir semua orang mendapatkan uang berkat koloni Suriname,” sebutnya, mengutip Dewan Kota yang merupakan co-owner dan co-administrator koloni.

Kejahatan Setelah Proklamasi

Sebelum Femke Halsema meminta maaf mewakili Amsterdam, Raja Belanda Willem Alexander sudah lebih dulu meminta maaf ke Indonesia atas kekerasan di masa penjajahan. Namun pernyataan itu terkait kekerasan yang terjadi setelah proklamasi. Hal itu disampaikan Willem ketika mengunjungi Indonesia dan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Di tahun-tahun setelah diumumkannya Proklamasi, terjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak korban jiwa. Selaras dengan pernyataan pemerintahan saya sebelumnya, saya ingin menyampaikan penyesalan saya dan permohonan maaf untuk kekerasan yang berlebihan dari pihak Belanda di tahun-tahun tersebut,” ujar Raja Willem di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Namun soal era kolonialisme, Belanda belum meminta maaf. Baru kota Amsterdam yang menyampaikan permohonan maaf.

Namun langkah ini agaknya balal diikuti oleh kota Rotterdam, Utrecht dan ibu kota administrasi Den Haag, yang juga memperdebatkan isu yang sama. (detik)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru