Minggu, 22 September 2024

Vaksin Nusantara Buatan Terawan Tak Praktis Dipakai Saat Pandemi Covid-19

- Sabtu, 31 Juli 2021 03:00 WIB
Vaksin Nusantara Buatan Terawan Tak Praktis Dipakai Saat Pandemi Covid-19

digtara.com – Vaksin Nusantara yang digagas eks Menkes dr Terawan Agus Putranto dinilai cukup baik. Namun tidak praktis digunakan saat pandemi yang mengharuskan vaksinasi digelar cepat dan massal.

Baca Juga:

Penilaian itu disampaikan Indra Rudiansyah salah seorang peneliti vaksin Covid-19 AstraZeneca, mahasiswa program doktor Oxford University asal Indonesia

Baca: Sebanyak 183.500 Dosis Vaksin Sinovac Tiba di Bandara Kualanamu

Melansir suara.com – jaringan digtara.com – Indra mengungkap metode vaksin Nusantara yang menggunakan potensi sel dentritik untuk membuat vaksin Covid-19 bukan hal mustahil dilakukan. Sebab teknologi sudah cukup maju.

Metodenya dilakukan dengan mempertemukan sel imun dendritik yang diambil dari tubuh lalu dipertemukan dengan virus di laboratorium.

“Kemudian sel dendritik yang sudah dipertemukan tadi, kemudian belajar di dalam laboratorium dan dimasukan kembali ke tubuh, sehingga tinggal menyampaikan ke sel imun adaptif untuk melawan Covid-19,” ujar Indra dalam acara bincang dengan media, beberapa waktu lalu.

Sel dendritik menurut Indra, adalah salah satu sel kekebalan tubuh yang bertugas sebagai penerjemah, yang akan menjelaskan kinerja virus atau penyakit kepada sel kekebalan tubuh yang mampu beradaptasi (sel imun aaptif).

Sehingga setelah dijelaskan, sel imun adaptif bisa menyiapkan strategi untuk bisa melawan virus atau penyakit tersebut.

Meski potensial, sayangnya menurut lelaki lulusan S1 dan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, metode vaksin nusantara ini sangatlah tidak praktis atau tidak tepat diterapkan di masa pandemi Covid-19, dimana vaksinasi harus dilakukan dengan cepat, tepat dan massal.

Ini karena metode sel dendritik memerlukan waktu yang lama dan rumit untuk dilakukan di masa pandemi Covid-19.

“Bayangkan jika harus vaksinasi sebanyak mungkin orang-orang atau mempercepat mencapai herd immunity. Namun kita juga memerlukan waktu untuk ambil darah pasien, kemudian sel dendritiknya diisolasi dan dipertemukan dengan protein virus, kemudian dimasukan lagi itu memerlukan proses yang panjang,” terang mahasiswa asal Bandung, Jawa Barat itu.

“Sehingga dalam kondisi pandemi seperti ini, sepertinya tidak praktikal teknologi (sel dendritik) tersebut untuk digunakan,” lanjutnya.

Lelaki yang juga tengah meneliti kandidat vaksin malaria di Oxford University itu menambahkan, alih-alih digunakan cikal bakal vaksin, ia menyarankan teknologi dan inovasi sel dendritik ini bisa digunakan terapi pemulihan paru-paru setelah pasien Covid-19 dinyatakan sembuh.

“Karena dari yang saya baca Covid-19 bisa menyebabkan luka di paru-paru yang mana jaringannya banyak yang mati, dengan teknologi tersebut paru-paru kita bisa sembuhkan,” pungkas Indra.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru