Ketum Kohati Badko HMI Sumut : Selamat Milad ke 72 Rumah Besar Yang Kini Tak Lagi Bercahaya.
Organisasi tua yang didirikan pada 05 februari 1947 oleh Tokoh Nasional Lafran Pane dan kawan kawan di Yogyakarta kini merayakan hari lahirnya. Ratusan bahkan ribuan kader HmI baik yang berstatus anggota maupun alumni bereforia dengan menulis status di sejumlah akun media sosial miliknya. Dibantu ponsel pintar, tak perlu waktu lama untuk meng-uploadnya sehingga banyak dilihat pengunjung, ada yang ikut berforia memberikan komentar bercerita masa masa menjadi pengurus ada juga yang hanya memberikan like serta ada juga yang kecewa dengan kondisi ke HmI an saat ini dan juga bersyukur karena rumah besar hijau hitam tak hanya menjadi tempat proses belajar tapi juga tempat dimana dipertemukan jodoh untuk membangun keluarga sakinah mawadah dan waromah.
Baca Juga:
“Selamat milad yang ke 72 tahun semoga tetap menjadi kawah candradimuka bagi para kader kadernya” ucap Ketua Kohati Badko HMI Sumut 2013-2015, Rizky Emiliya.
Ia bercerita setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya, siklus ini akan terus berputar melakukan seleksi alam terhadap ribuan kader HmI yang sedang berproses. Tak cukup hanya ilmu pengetahuan untuk berproses di di organisasi tersebut. Agama, Etika, estetika, komunikasi dan silaturahmi serta kesadaran akan tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan menjaga nama baik organisasi sangat mempengaruhi perkembangan seorang kader.
“Seorang kader itu sangat bertanggung jawab terhadap maju mundurnya organisasi tersebut. Meski sudah selesai berproses di jenjang struktural, tanggung jawab kader tak akan pernah berhenti hingga ajal menjemput. Itulah beratnya menjadi kader HmI,” kata Instruktur di training perkaderan tersebut.
Kini, Hmi tak lagi ramah terhadap umat. Tulang tulangnya mulai kropos ditelan jaman. Eforia dengan kebesaran nama menjadi salah satu penyebabnya, belum lagi pikiran pragmatis dan politik praktis yang banyak membuat kader terlelana dengan uang dan kekuasaan. Ah sudahlah, ini bukan zamanku, ini masanya adik adik yang sedang berproses, masa depan HmI ada ditangan mereka. Bagi kami yang sudah selesai berproses hanya bisa menyampaikan sebagai tanggung jawab moral.
Bagi Rizky yang biasa disapa Qiqi momen disaat menjadi pengurus dan berproses di HmI sangat banyak suka dukanya, mungkin begitu juga dengan yang lain. Di rumah besar tersebut, selain mendapatkan ilmu, jaringan yang menyatu dalam persaudaraan, Qiqi sangat bersyukur doanya di ijabah oleh Allah SWT. Salah satunya karena dipertemukan dengan lelaki yang kini menjadi imam untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Tapi yang perlu ditekankan, dirinya berkomitmen dengan lelaki tersebut untuk menikah setelah dua tahun selesai ber HmI, jadi sebelumnya tidak ada kata pacaran, apalagi usianya terpaut 6 tahun dan masa prosesnya juga berbeda.
“Jangan pernah tanya apa yang HmI berikan tapi tanya apa yang kita berikan kepada HmI. Saya berharap, rumah usang itu kembali bercahaya memberikan sinarnya untuk pentingan umat, karena HmI adalah anak kandung umat. Bahagia Hmi Jayalah Kohati,” doa Qiqi. (put)
Penulis reporter magang : M.Julianda Arisha