Kasihan! Tak Punya Biaya Berobat, Orangtua Ini Terpaksa Rantai Anaknya
digtara.com – Memasung atau merantai orang yang mengalami gangguan jiwa masih dilakukan masyarakat. Seperti yang terjadi di Desa Batahan l, Kecamatan Batahan, Kabupaten Mandailingnatal. Orangtuanya terpaksa memasang rantai pada anaknya.
Baca Juga:
Pria malang yang dirantai itu bernama Ahmat Rosadi, 39 tahun. Dirinya dikurung di ruang dapur oleh ibunya sendiri dengan kaki dan tangan dirantai besi karena sering mengamuk.
Ibunya Aminah Hasibuan menuturkan, Ahmat Rosadi mengalami gangguan jiwa beberapa tahun yang lalu. Namun beberapa bulan terakhir ini semakin parah. Bahkan mengamuk di lokasi upacara Hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-77, baru-baru ini.
“Sebenarnya gangguan jiwanya tidak begitu parah sebelumnya, namun tiga tahun belakangan penyakit ini kumat dan semakin parah, dia sering mengamuk tak beralasan, bahkan kemarin saat perayaan HUT RI dia memukul saya sehingga mengakibatkan tangan dan kaki saya terkilir, ” terang Aminah kepada awak media, Minggu, 21/8/2022.
Sebelum diikat, Ahmat Rosadi sudah pernah dibawa berobat ke dokter hingga dukun. Selama menjalani pengobatan medis, dokter memberi obat-obatan penenang dan hingga pengobatan tradisional sudah dilakukan, namun nyaris tidak ada perubahan yang signifikan.
“Berobat sudah dibawa kemana-mana tapi tetap saja seperti ini, malah terahir ini dia sering mengamuk dan memukul serta mengancam, kubunuh kau nanti biar saya dapat uang, ujar Ahmat kepada saya ibunya,” ucap Aminah yang terdengar menagis saat dikonfirmasi lewat telepon selulernya.
Melihat kondisi anaknya yang tak kunjung membaik, nenek Aminah yang mencari nafkah sebagai pedagang sayur keliling ini kewalahan dengan ulah anak semata wayangnya itu.
“Kondisi kesehatan anak saya terus memburuk dan kini terpaksa kami ikat karena takut membahayakan orang lain dan juga saya sendiri, ” ujarnya.
Nenek Aminah menjelaskan, Ahmat Rosadi memiliki tiga anak, Mudurika (18), Mitra (10) dan Muhammad Rahman (6) dan kini mereka tinggal serumah dengannya sejak ditinggal menantunya sekitar tiga tahun lalu.
“Saya sudah tua, mencari nafkah berjualan sayur keliling hasilnya tidak mampu menutupi biaya makan bagi anak dan ketiga cucu, apalagi untuk membawa anak saya kembali berobat, saya sudah tak sanggup lagi,” imbuhnya.
Ibu Aminah Hasibuan (72) tulang punggung keluarga ini, berharap kepada pemerintah daerah dan juga para dermawan untuk dapat meringankan beban hidup serta dapat membantu biaya pengobatan anak tunggalnya yang mengalami gangguan jiwa.