Pekerja Starbucks Mogok Kerja karena Gaji Tak Naik
Baca Juga:
- Lapor Pak Prabowo! Gaji Honor dan TPP di Padangsidimpuan 3 Bulan Belum Dibayarkan, Pejabatnya Malah Sibuk Bahas Pembelian Mobil Dinas 2025
- DWP Langkat Gelar Pengajian Bulanan, Pererat Silaturahmi dan Tingkatkan Spiritualitas
- Program Qur’an Call dan Tuli Mengaji Raih Penghargaan dalam Ajang Zakat Awards 2024
Hal ini seiring serikat pekerja yang mewakili lebih dari 11.000 barista di AS mengatakan bahwa mereka tidak membuat banyak kemajuan dengan pemilik jaringan kopi raksasa tersebut terkait gaji dan kondisi kerja.
Pemogokan akan dimulai di Los Angeles, Chicago, dan Seattle, dengan aksi mogok kerja yang akan meluas setiap hari dan, tergantung kesepakatan yang dicapai.
Starbucks Workers United yang merupakan serikat pekerja di 535 gerai milik perusahaan di AS sejak tahun 2021, mengatakan bahwa perusahaan telah gagal memenuhi janji untuk bertemu guna mencapai kesepakatan tahun ini.
"Para barista yang tergabung dalam serikat pekerja tahu nilai mereka, dan mereka tidak akan menerima proposal yang tidak memperlakukan mereka sebagai mitra sejati," kata Lynne Fox, presiden Workers United dilansir Guardian.
Serikat pekerja mencatat bahwa ketua dan CEO baru Starbucks, Brian Niccol, dapat memperoleh lebih dari 100 juta pada tahun pertamanya.
Tetapi perusahaan tersebut telah mengusulkan kesepakatan gaji tanpa kenaikan upah baru untuk para pelayan yang tergabung dalam serikat pekerja dan kenaikan sebesar 1,5% di tahun-tahun mendatang.
Namun, Starbucks mengatakan bahwa mereka telah menawarkan gaji dan tunjangan serta termasuk biaya kuliah gratis dan cuti keluarga berbayar senilai 30 dollar AS per jam untuk barista yang bekerja sedikitnya 20 jam per minggu.
"Kami siap untuk melanjutkan negosiasi guna mencapai kesepakatan. Kami ingin serikat pekerja kembali ke meja perundingan," tandasnya.