Pengamat Sebut Sumut Harus Waspadai Keterpurukan Harga CPO Akibat Perang Dagang AS-China
digtara.com | MEDAN – Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, menilai pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara kini terancam dengan terus terpuruknya harga komoditi minyak sawit mentah (CPO), sebagai imbas dari perang dagang Amerika Serikat dan China.
Baca Juga:
Menurut Gunawan, Sumatera Utara yang sebagian besar ekonominya disumbangakan dari sawit, tentunya terkait sangat erat pada beberapa sektor ekonomi. Yakni ekspor, pertanian maupun industri pengolahannya. Artinya ketiga sektor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan daya beli masyarakat.
“Dan kita melihat ekspor komoditas kita kesejumlah negara berfluktuasi dengan kecenderungan turun, harga CPO juga demikian harganya membentuk tren penurunan, diperburuk perang dagang yang diperluas ke Eropa yang juga bisa memperburuk kondisi ekonomi Sumut kedepan,â€sebut Gunawan, Jumat (4/10/2019).
“Saya melihatnya begini, ekspor CPO Sumut itu kan ke beberapa negara seperti Eropa, Amerika, China dan India. Keempatnya menduduki posisi teratas konsumsi CPO dari Sumut. Sementara saat ini perang dagang yang tengah berlangsung itu kan antara AS dan China, serta diperluas AS ke Eropa.  Artinya perang dagang antar negara tersebut sangat berpeluang menghantam ekonomi Sumut, karena ekspor kita bergantung ke sana (China, AS, Eropa),â€tambahnya.
Gunawan menyebutkan, ia menyetujui pola Bank Indonesia yang lebih menekankan agar pertumbuhan ekonomi ke depannya lebih dimotori oleh belanja pemerintah, PMTB (pembentukan modal tetap bruto), sektor pertanian, dan konstruksi. Jadi belanja pemerintah agar bisa secepatnya direalisasikan untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi.
“Sumut jangan bergantung kepada suatu hal yang tak pasti seperti mengharapkan harga sawit pulih ditengah perang dagang yang makin berkecamuk. Lakukan upaya-upaya serius agar ekonomi tidak terpuruk kedepan. Sumut tengah berhadapan dengan ketidakpastian ekonomi global, dan cenderung ketidakpastian itu merugikan ekonomi. Akan lebih baik lagi kalau pemerintah menggandeng BI dalam meminimalisir kemungkinan dampak buruk ekonomi global kedepan,â€pungkasnya.
Kabar baiknya, lanjut Gunawan, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih merealisasikan angka diatas rata-rata nasional. Secara year on year di kuartal kedua tahun ini laju pertumbuhan ekonomi Sumut berada di level 5.25%. Di atas rata-rata nasional sebesar 5.05%. Motor penggeraknya masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto, lapangan usaha perdagangan, konstruksi serta belanja pemerintah.
Akan tetapi sumbangan dari sektor pertaniannya justru mengalami penurunan. Konsumsi rumah tangga sangat erat kaitannya dengan daya beli. Sumbangan konsumsi rumah tangga itu lebih dari 51%. Saya mengkuatirkan secara kuantitas kontribusinya cenderung mengalami penurunan.
“Dan ini berbahaya bagi perekonomian Sumatera Utara. Terlebih kita sangat bergantung kepada kinerja ekspor bahan mentah yang menjadi salah satu motor penggerak ekonominya. Dan sayangnya belakangan ini justru mengalami penurunan. Dimana secara year on year kinerja ekspor turun sebesar -3.52%. Dan diperburuk dengan kinerja sektor pertanian yang turun -6.03% serta industri -0.68,â€tandasnya.
[AS]