Perang Harga Minyak dan Korona Gerus Harga CPO
digtara.com | MEDAN – Harga minyak dunia mengalami pelemahan secara cukup signifikan dalam sebulan terakhir. Kondisi ini berdampak pada harga sejumlah komoditi lain, termasuk minyak sawit mentah (CPO) yang menjadi komoditi ekspor andalan Sumatera Utara.
Baca Juga:
Sebulan yang lalu, sata perang harga antara Arab Saudi dan Rusia belum terjadi, harga minyak mentah masih berada di posisi 50 dolar amerika (USD) per barel. Saat ini harganya sudah dikisaran USD 29-30 per barelnya.
Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin menyebutkan, penyebaran virus korona disisi lain membuat ekspektasi konsumsi minyak diyakini akan mengalami penurunan dalam waktu dekat ini. Penurunan aktifitas ekonomi di tambah perang harga minyak memicu pelemahan harga minyak itu sendiri.
“Jika harga minyak menyentuh USD20 per barel, maka sejumlah produsen minyak mentah yang memiliki biaya produksi ditasnya USD20 berpeluang mengalami krisis ekonomi,â€sebut Gunawan.
Bagi Indonesia khususnya Sumatera Utara sebagai produsen CPO, pelemahan harga minyak mentah tersebut telah memicu terjadinya penurunan harga CPO. Saat ini CPo dijual dikisaran harga RM 2.220 per tonnya.
“Trennya terus mengalami penurunan. Ditambah dengan butuknya kondisi ekonomi global belakangan ini. Besar kemungkinan harga CPO masih akan melanjutkan tren pelemahan,â€terangnya.
RUPIAH JADI PENAHAN
Namun di tingkat petani, harga CPO tidak sepenuhnya akan membuat harga TBS sawit akan mengalami penurunan yang sama. Sejauh ini, pelemahan harag CPO justru dibarengi dengan pelemahan mata uang Rupiah yang saat ini bertengger di level Rp.15.015/US Dolarnya.
“Pelemahan mata uang tersebut diyakini akan membuat harga TBS di tingkat petani tidak mengalami penurunan harga yang signifikan,â€tukasnya.
Pelemahan Rupiah, kata Gunawan, akan menjadi bumper bagi harga sawit. Walau demikian tren pelemahan harga CPO belakangan dan pelemahan Rupiah secara keseluruhan memberikan dampak buruk bagi harga TBS itu sendiri.
Dan semua sentimen global yang ada di pasar adalah sentiment negatif ditambah serangan korona yang bisa saja membuat harga turun lagi.
“Ada sejumlah masalah serius pada ekonomi global. Sehingga kearifan petani diharapkan disini. Penurunan harga sawit bukan karena buruknya fundamental ekonomi kita, melainkan banyak faktor yang memicu pelemahan harga tersebut. Dan didominasi leh faktor luar,â€tandasnya.
https://www.youtube.com/watch?v=NxnInSWl0Tk
[AS]