Ikuti Bawang Merah, Harga Cabai dan Ayam Ikut Naik
digtara.com – Dalam sepekan ini harga bawang merah masih susah untuk dijinakkan. Bersama bawang merah, harga daging ayam ras segar dan cabai merah juga merangkak naik pekan ini. Ikuti Bawang Merah, Harga Cabai dan Ayam Ikut Naik.
Baca Juga:
Harga bawang merah masih terus merangkak naik. Jika di awal pekan ini 1 kilogram bawang merah dibanderol Rp 48.850, kini harganya makin melesat. Jumat (8/5/2020) untuk 1 Kg bawang merah dihargai Rp 49.900. Nyaris Rp 50.000/Kg. Dalam sepekan ini harga bawang merah telah naik 2,1%. Dalam sebulan terakhir harga bawang merah telah naik lebih dari 18%.
Alasan seputar menipisnya stok di pasaran menjadi pemicu utama naiknya harga bawang merah. Gagal panen akibat banjir Februari lalu dan rusaknya stok membuat pasokan ke pasar jadi terbatas. Di sisi lain petani juga terancam menghadapi kelangkaan bibit bawang merah.
Harga komoditas lain yang juga merangkak naik adalah cabai merah dan daging ayam ras segar. Memasuki hari ke 15 puasa Ramadan, harga cabai merah di berbagai pasar tradisional Tanah Air per kilonya hari ini mencapai Rp 33.000 atau naik 1,2% dalam sepekan. Untuk daging ayam ras segar per hari ini harganya mencapai Rp 29.600/Kg atau naik 2,2% dalam sepekan.
Sembako lain mengalami penurunan harga
Untuk harga sembako lainnya pekan ini cenderung mengalami penurunan. Harga sembako yang mengalami penurunan paling signifikan pekan ini adalah cabai rawit merah dan cabai rawit hijau. Sejak Senin (4/5/2020) hingga hari ini harga cabai rawit merah dan cabai rawit hijau turun masing-masing 6,4% dan 3,4%.
Harga gula pasir yang sempat meroket pun perlahan-lahan turun. Walau kini harganya sudah di bawah Rp 18.000/Kg, tetapi masih jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah di Rp 12.500/Kg. Pasalnya per hari ini gula pasir lokal dihargai Rp 17.850/kg.
Ramadan kali ini memang berbeda dengan yang sudah-sudah. Kalau sebelumnya momen Ramadan biasanya diwarnai dengan puncak konsumsi yang memicu laju inflasi lebih kencang, kali ini ceritanya lain. Bank Indonesia (BI) memperkirakan bulan Mei ini malah akan terjadi deflasi.
Tidak Ada Inflasi
Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) hingga pekan pertama, diperkirakan tidak ada inflasi pada Mei 2020. Justru diramal terjadi deflasi -01% secara bulanan (month-om-month/mom).
“Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,74% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,02% (yoy),” sebut laporan BI yang dirilis Jumat (8/5/2020).
Penyumbang utama deflasi, lanjut laporan BI, antara lain berasal dari komoditas telur ayam ras (-0,08%), bawang putih (-0,04%), cabai merah (-0,03%), cabai rawit (-0,03%), kangkung, bayam, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01%. Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu bawang merah (0,03%), daging ayam ras (0,02%), jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01%.
Wabah Covid-19 yang merebak di Tanah Air telah merenggut keceriaan dan hiruk pikuk Ramadan kali ini. Sudah ada 20 wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per 20 April 2020 untuk menekan laju penyebaran virus. Selama PSBBĂ‚Â masyarakat dihimbau untuk belajar, beribadah dan bekerja di rumah masing-masing.
Pembatasan mobilitas publik ini tentu membawa konsekuensi pada melambatnya aktivitas perekonomian. Sektor dunia usaha pun goyah dibuatnya. Gelombang tsunami PHK pun tak terelakkan. Hingga 20 April 2020 data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menunjukkan ada 2 juta karyawan yang dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dengan adanya PHK, pendapatan masyarakat menjadi tergerus. Daya beli pun melemah. Konsumen yang tadinya optimis menjadi pesimis dan lebih konservatif dalam mengelola uangnya. Akibatnya permintaan pun melambat bahkan melemah. [cnbc]
https://www.youtube.com/watch?v=auEGDEG99kk
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.