Pelaku Pasar Tinggalkan Dolar AS, Mata Uang Asia-Eropa Jadi Incaran
digtara.com – Dolar Amerika Serikat (AS) kembali “dibuang” oleh pelaku pasar, dan memilih mata uang Asia dan Eropa di pekan ini. Hal tersebut tercermin dari merosotnya indeks dolar AS hingga ke level terlemah dalam 3 bulan terakhir. Tinggalkan Dolar AS .
Baca Juga:
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat daya tarik dolar AS sebagai aset aman (safe haven) menurun. Makin intensnya kerusuhan di Negeri Paman Sam membuat daya tarik dolar AS menurun.
Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini. Rupiah sekali lagi memimpin penguatan sebesar 2,29%, jauh unggul dibandingkan mata uang lainnya. Hanya yuan China, rupee India, dan yen Jepang yang melemah melawan dolar AS.
Dari Eropa, euro dan poundsterling masing-masing menguat 0,29% dan 0,28% ke 1,2101/US$ dan 1,2583/US$. Hanya franc Swiss yang melemah 0,14%. Melemahnya yen Jepang dan franc Swiss, yang juga merupakan mata uang safe haven, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya.
Level Terendah
Akibat pelemahan tersebut, indeks dolar (DXY) melemah 0,17% ke 97,509 pada pukul 18:06 WIB. Level itu merupakan yang terendah sejak 12 Maret lalu. Sejak awal pekan, indeks yang jadi tolak ukur kekuatan dolar AS ini sudah melemah 0,85% sementara jika dilihat sejak pekan lalu, ketika kerusuhan mulai pecah di AS, indeks dolar sudah ambles 2,18%.
Mood pelaku pasar global sedang bagus akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Negara-negara di Asia dan Eropa hampir semuanya akan memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Begitu juga dengan Amerika Serikat, negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.
Ketika mood investor sedang bagus, aliran modal akan kembali masuk ke negara emerging market dan aset-aset dengan imbal hasil tinggi, dan aset safe haven tidak menarik lagi. Pelaku Pasar Tinggalkan Dolar AS, Mata Uang Asia-Eropa Jadi Incaran.