Rustono, Sosok di Balik Pabrik Tempe Pertama di China
digtara.com – Indonesia mencetak sejarah untuk pertama kalinya membangun pabrik tempe di China. Pabrik tempe yang dibangun di kawasan industri pengolahan makanan di distrik Songjiang, Shanghai, itu dinamai dengan Rusto Tempeh.
Baca Juga:
Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan pabrik tempe ini merupakan wujud dari kecintaan masyarakat Indonesia di China terhadap tempe. Pabrik tempe ini juga akan menjadi salah satu alat diplomasi kuliner nusantara di China.
Lantas, siapakah sosok di balik Rusto Tempeh?
Rustono adalah pengusaha tempe yang merintis bisnisnya bersama pasangannya di Jepang. Ia lahir pada 3 Oktober 1968 silam di Grobongan, Jawa Tengah.
Rustono menghabiskan masa kecilnya di desa Kramat, Penawangan, sebelum pindah ke Yogyakarta pada 1987 untuk melanjutkan studi di Akademi Perhotelan Sahid.
Masih di Kota Gudeg, Rustono kemudian merintis karier sebagai pelayan di Hotel Sahid, Yogyakarta. Di sanalah Rustono bertemu dengan sang istri, Tsuruko Kuzumoto, yang berlibur di Indonesia pada 1995 silam.
Dua tahun kemudian, yakni pada 1997 Rustono pun menyusul Tsuruko dan bermukim di Uji, Kyoto.
Awalnya, ia tak serta-merta memasarkan tempe, Rustono yang memang senang berkecimpung di dunia kuliner bekerja di toko permen dan manisan. Di sana ia mengobservasi standar, kualitas kontrol, dan teknik inspeksi industri makanan di Jepang.
Kemudian, ia pindah bekerja di pabrik makanan selama dua tahun. Baru pada 2000, Rustono dan Tsuruko memutuskan untuk memasarkan tempe.
Awalnya tempe yang mereka buat hanya dijual untuk kalangan terbatas, yaitu orang-orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Per harinya mereka menjual sekitar 40 potong tempe kepada komunitas Indonesia di Jepang.
Menjadi Raja Tempe
Usaha Rustono bukan mulus tanpa rintangan. Pada 4 bulan pertama bisnisnya berjalan, kualitas tempe yang dibuat menurun.
Untuk mencari tahu pangkal permasalahan, Rustono pun pulang ke Indonesia untuk mendatangi sekitar 60 produsen tempe untuk mengasah pengetahuannya.
Kembali ke Jepang dengan perspektif baru, Rustono pun mengubah strategi penjualannya. Tidak hanya didengar oleh orang-orang Indonesia, tempenya juga mulai dilirik masyarakat Jepang.
Berkembang pesat, hanya berselang 3 tahun Rustono mulai mengembangkan produksinya dan membuka pabrik di Otsu, Shiga.
Tempe produksi Rusto kemudian dipasarkan di supermarket Negeri Sakura. Karena kesuksesannya itu, Rustono pun kerap dijuluki sebagai ‘Raja Tempe’.
Kemudian, tempenya yang dilabeli merek Rusto’s tempe ini juga sudah menembus pasar dunia, seperti Meksiko, Korea, Brasil, Polandia, dan Hungaria.
Tempe buatan Rustono juga dipakai dalam menu penerbangan maskapai Garuda Indonesia rute Osaka-Denpasar. Harganya cukup fantastis, sekitar 350 yen atau Rp40 ribu per 250 gram pada 2018 silam.