Kamis, 18 April 2024

Harga Minyak Mentah Mulai Merangkak Naik

- Sabtu, 21 Maret 2020 01:15 WIB
Harga Minyak Mentah Mulai Merangkak Naik

digtara.com | JAKARTA – Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mulai merangkak naik 1,45% ke level US$ 27,17 per barel pada perdagangan Jumat (20/3/2020).

Baca Juga:

Tingginya tekanan yang terjadi di pasar global, diperkirakan bakal terus menekan pergerakan harga komoditas energi sepanjang 2020.

Asal tahu saja, Rabu (18/3) harga minyak sempat menyentuh level terendah US$ 20,37 per barel.

Bahkan, potensi untuk harga minyak kembali merangkak naik ke level normal cukup berat tahun ini.

“Harga komoditas energi saat ini sedang dan akan terus mengalami penurunan. Bahkan harga minyak tidak punya harapan untuk naik tahun ini,” jelas Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono.

Ke depan, dia memperkirakan pergerakan harga minyak masih akan bergerak pada kisaran US$ 20 per barel.

Kalaupun ada ruang untuk harga minyak kembali menanjak dan menyentuh level normal di kisaran US$ 40 per barel hingga US$ 50 per barel. Wahyu memperkirakan baru akan terjadi di kuartal pertama atau kuartal berikutnya di tahun depan.

Sedangkan hingga akhir tahun, Wahyu memperkirakan harga minyak bakal terparkir di kisaran US$ 30 per barel, dengan rekomendasi jual.

Sedangkan untuk investor yang ingin melakukan trading buy, bisa menunggu harga minyak saat menyentuh kisaran US$ 10 per barel atau buy on weakness.

“Tanpa isu virus corona, harga komoditas energi sudah kendor, apalagi gas alam yang sudah jeblok, harga batubara yang sulit naik. Apalagi ditambah isu oil trade war antara Arab Saudi-Rusia. Sehingga sentimen bukan lagi hanya karena virus tapi soal supply yang bebas,” terang Wahyu.

Wahyu menekankan bahwa pergerakan harga komoditas energi khususnya harga minyak mentah saat ini sangat bergantung pada sikap Arab Saudi.

Jika bandar minyak dunia tersebut memutuskan untuk mulai memangkas produksi, maka ada harapan penurunan harga minyak akan melambat dan menuju level stabil.

“Tapi tidak untuk berada dalam tren bullish,” kata dia.

Di sisi lain, terkait upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menahan laju penurunan harga minyak, dinilai Wahyu belum cukup ampuh saat ini.

Tutup Keran Produksi

Kabarnya, Trump bakal mendorong Arab Saudi untuk menutup keran produksi. Trump menggunakan ancaman sanksi terhadap Rusia agar mengurangi produksinya, sebagaimana dikutip dari Wall Street Journal.

Menurut Wahyu, Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan bakal menolak permintaan Trump untuk mengurangi produksi minyaknya.

Mengingat, Negeri Beruang Putih memandang upaya tersebut upaya pemerasan, sehingga perang harga masih akan terus berlanjut ke depan.

Di sisi lain, kondisi ekonomi Rusia juga mulai terlihat lesu dan membuat mata uangnya melemah.

Kondisi tersebut juga berpotensi membawa Kremlin ke jalur resesi. Mengingat negara tersebut menganggarkan harga minyak di atas US$ 40 per barel dan berpotensi defisit tahun ini.[kontan]

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru