IHSG Bisa Turun ke Level 4.100 Sepanjang Bulan Puasa
digtara.com – IHSG bisa turun ke level 4.100 sepanjang bulan puasa di mana hari pertama Ramadhan tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak bertenaga di perdagangan pasar spot.
Baca Juga:
IHSG kembali terkoreksi hingga 97,490 poin atau 2,12% ke level 4.496,06 pada perdagangan Jumat (24/4).
Penurunan harga terjadi pada 276 saham, sementara ada sejumlah 111 saham yang mengalami kenaikan harga, dan ada 135 saham stagnan.
Dengan total volume transaksi bursa mencapai 6,26 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 6,23 triliun.
Menanggap hal tersebut, Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai, secara historis memang ada kecenderungan volume transaksi perdagangan saham
Di pasar modal Indonesia lebih rendah pada saat Ramadan ketimbang bulan biasanya.
Wisnu bilang, salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan volume transaksi tak lepas dari persiapan investor dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.
“Ini berkaitan dengan kebutuhan dana investor untuk persiapan Hari Raya Lebaran yang membutuhkan dana secara tunai,†ujarnya.
Dalam hitungannya, rerata volume transaksi saham berada di kisaran 5,5 miliar saham hingga 6,5 miliar saham.
Kalaupun mengalami penurunan terdalam, dia memprediksi rata-rata volume transaksi perdagangan bisa menyentuh 5 miliar saham.
Menurut Wisnu, saat ini IHSG berada dalam fase sideways. Kenaikan ke level 4.800 menjadi level optimis bagi IHSG.
Sementara proyeksi pesimisnya IHSG bisa turun ke level 4.100 sepanjang bulan puasa.
Adapun sentimen yang mampu mendorong pergerakkan IHSG salah satunya dari adanya peningkatan konsumsi selama bulan puasa, meski tak sebesar tahun lalu.
“Serta perkembangan penyebaran Covid-19, jika selama puasa menunjukkan tren penurunan, juga bisa jadi pendorong untuk market.
“Karena adanya larangan untuk melakukan mudik,†papar Wisnu.
Sementara itu, sentimen yang bisa menjadi bandul untuk pergerakan IHSG yaitu rilis data ekonomi.
Dimana meliputi data pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan, dan lainnya.
Tak hanya itu, proyeksi laporan keuangan emiten yang tertekan pada kuartal pertama akibat corona juga bisa jadi sentimen pemberat IHSG.