Inflasi Sumut Sudah “Lampu Merah”, Gubsu Soroti Perbedaan Data Komoditas
Digtara.com | MEDAN – Perbedaan data komoditas pertanian yang dimiliki dinas-dinas terkait di lingkungan Pemprov Sumut menjadi sorotan Gubernur Edy Rahmayadi.
Baca Juga:
Ini menjadi sorotan karena laju inflasi Sumut sepanjang Juni 2019 mengalami kenaikan menembus rata-rata nasional. Yang mana penyebab utamanya adalah akibat lonjakan harga komoditas cabai merah.
Sebelumnya, Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan, pihaknya kesulitan menghadapi tekanan inflasi.
Terutama karena dinas-dinas terkait di Pemprov Sumut tidak memiliki data yang sama mengenai jumlah produksi dan kebutuhan cabai.
Sepanjang Juni 2019, cabai menjadi penyumbang inflasi di Sumut hingga 82 persen. Bank Sentral meyakini kekurangan pasokan membuat harga menjadi tinggi dan tidak terkendali.
Apalagi selama bulan Ramadan dan Idulfitri lalu jumlah produksi cabai dinilai sangat sedikit dan hanya ada dua tempat pemasok di Kota Medan dan sekitarnya. Yaitu Pasar Induk Medan dan Pasar MMTC.
Menurut Gubernur Edy Rahmayadi, perbedaan data komoditas tersebut merupakan ekumulasi dari kelemahan-kelemahan kinerja pemerintah daerah.
Karena itu ia berjanji akan segera mengevaluasi masalah ini agar pengendalian inflasi di wilayahnya akan lebih baik.
“Itu akumulasi dari kelemahan pemerintah daerah yang harus dievaluasi. Ini akan kami evaluasi,” tegasnya.
Mengapa harga komoditas pertanian seperti cabai dan bawang di Sumut rentan melonjak?
Dia meyakini salah satunya karena ketidaksesuaian antara masa tanam dengan perayaan hari-hari besar yang mendorong tingginya permintaan.
Pengamat Ekonomi Gunawan Bonjamin mengatakan, realisasi inflasi bulan Juni Sumut mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dari inflasi nasional yang hanya sebesar 0,55 persen.
“Laju inflasi sebesar itu telah mengerek realisasi selama tahun berjalan di angka 4,25 persen,” ujarnya.
Angka itu kata dia sudah melewati batas ambang 3,5 persen dan jika inflasi sudah menyentuh 4,5 persen, maka laju inflasi sumut sudah “lampu merah”.
Selama tahun berjalan 2019, harga cabai yang meroket dari kisaran 15 ribu per kg menjadi 80 ribuan telah mengerek laju inflasi lebih dari 3 persen.
Cabai, jelasnya, merupakan komoditas yang sulit sekali dikendalikan harganya dan kenaikan harga selalu diakibatkan terjadinya gangguan persediaan dengan faktor penyebab utamanya pada tingkat petani.
Di Sumut sendiri, gangguan hama, cuaca ekstrim serta erupsi gunung Sinabung menjadi masalah besar dalam pengendalian harga cabai. Sementara, faktor-faktor tersebut tidak bisa diprediksi (unpredictable).
“Jadi sebaiknya pemerintah daerah turun melihat kondisi langsung di lapangan. Yang kita butuhkan adalah keseimbangan stok di lapangan yang bisa tersedia,” pungkasnya.