Masyarakat Indonesia Habiskan 30 Triliun Setahun untuk Game
digtara.com – Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengungkap, masyarakat indonesia menghabiskan hingga Rp 25 hingga 30 triliun setiap tahun untuk game. Sementara pasar game Indonesia menempati urutan 16 di dunia.
Baca Juga:
“Pertumbuhannya salah satu yang paling cepat di 2020, diperkirakan naiknya 32 persen,” kata Cipto di kanal YouTube Kemenparekraf, mengutip Suara.com – jaringan digtara.com, Sabtu (2/10/2021).
Ia mengungkapkan, ada beberapa hal yang memacu pertumbuhan game ndonesia, yakni penetrasi internet yang lebih baik dan harga handphone yang lebih murah.
Tak hanya itu, pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19 membuat game menjadi hiburan yang mudah didapatkan di tahun 2020.
Dukungan pemerintah juga membuat industri game Indonesia tumbuh pesat dengan compound annual growth rate 51 persen dari tahun 2018 sampai 2019.
“Ini pertumbuhan yang luar biasa bahkan dibanding market yang tumbuhnya cukup besar. Di 2020 diperkirakan menghasilkan 8,64 juta dolar tapi sayangnya itu cuma setengah persen dari market kita,” ujar Cipto.
Lebih lanjut, AGI memperkirakan hingga 2025 Indonesia masih akan menjadi pasar.
Cipto menyatakan bahwa sebagian besar game di Indonesia masih menghasilkan uang yang ‘pergi ke luar negeri.’
“Kalau dilihat tahun 2020 kemarin berarti 99,5 persen dari 25 triliun itu pergi ke luar negeri,” kata dia.
Cipto pun mengungkapkan, AGI sudah bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga untuk mencari cara agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menghasilkan produk yang kompetitif.
Ia lalu mencontohkan, Polandia merupakan salah satu negara yang sukses dalam mengembangkan industri game-nya.
Cipto mengatakan, meski Indonesia sudah memiliki game-game yang sukses, angkanya masih di kisaran USD 1 sampai 3 juta.
“Kesuksesan ini pun tidak terjadi setiap tahun dari perusahaan yang sama. Jadi dalam konteks dunia, kita sebagian besar masih di tier 4. Jadi masih jauh dari kompetitor kita di luar sana,” ujarnya.
“Namun bisa dilihat positifnya, masih banyak ruang untuk tumbuh. Karena di mana pun kita berada, kita bisa langsung menarget dunia,” sambung Cipto.