Kementerian Lingkungan Hidup Kembangkan Parfum Dari Kemenyan
digtara.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), tengah melakukan pengembangan parfum berbahan kemenyan. Penelitian untuk pengembangan itu sedang dilakukan di Balai Litbang LHK
Baca Juga:
Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LHK di Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Diharapkan penelitian itu nantinya dapat membuat citra kemenyan. Dari yang selama ini akrab dengan dunia mistis dan perdukunan menjadi aroma yang eksotis dan berkelas.
Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup, Sylvana Ratina, menjelaskan, parfum kemenyan yang sedang diteliti itu dinamai Tobarium. Aroma parfum ini sangat wangi dan lembut bagaikan aroma parfum kelas dunia.
“Ide pengembangan parfum kemenyan mempertimbangkan manfaat multidimensi kemenyan. Khususnya sebagai sumber penghidupan dan perkembangan sosial budaya dan peradaban di Sumut,â€jelasnya.
Selama ini resin kemenyan merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu utama di Sumatera Utara. Komoditas ini memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah.
Dengan ditemukannya parfum Tobarium ini, resin kemenyan menjadi produk unggul bernilai ekonomis tinggi. Tentu aroma parfum Tobarium berbeda dengan pewangi lain yang beredar di pasaran.
BEBAS ALKOHOL
Seperti diketahui Parfum Tobarium sama sekali tidak mengandung alkohol dan tingkat konsentrasi larutannya tinggi sehingga bisa tahan lama. Selain wangi, Parfum Tobarium juga dapat digunakan untuk aroma terapi dan penyegar.
“Wangi parfum ini berkelas, tahan lama dengan sensasi aroma yang berbeda sepanjang waktu,” ujar Sylvana.
Parfum kemenyan ini sejatinya dihasilkan oleh tangan dingin Cut Riziani Cholibrina, peneliti di Balai Litbang LHK Aek Nauli. Ia meracik parfum dengan memadukan minyak kemenyan dan minyak atsiri dari flora hutan tropis Indonesia, sehingga gradasi aromanya begitu kentara.
Parfum kemenyan saat ini telah tersedia dalam tujuh varian aroma yakni Rizla (floral fresh), Riedh (floral fruit), Jeumpa (cempaka), Azwa (woody), Aphis (green oceanic), Tiara (oriental), dan Sylva (forest).
“Perlu diketahui, memiliki aroma yang wangi dan lembut, parfum kemenyan ini sangat berbeda dengan aroma kemenyan yang dibakar untuk digunakan dalam kegiatan ritual mistis masyarakat,” terang Cut Riziani.
[AS]