Mujahid 212 Selamatkan NKRI akan Digelar Hari Ini
digtara.com | JAKARTA – Hari ini, Parade Tauhid Indonesia yang akan digelar, Sabtu (28/9), berubah nama menjadi Mujahid 212 Selamatkan NKRI. Perubahan nama itu menyesuaikan perkembangan situasi dan kondisi yang dinamis. Demikian dikatakan Ketua panitia Ustad Edy Mulyadi.
Baca Juga:
“Dengan perubahan ini kembali kami menegaskan bahwa umat Islam bersama arus besar perubahan yang digelorakan mahasiswa dan para pelajar SMU. Kami ingin memberikan kontribusi maksimal untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik,” kata Ustadz Edi melalui keterangan tertulisnya.
Dia menjelaskan, aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI itu akan digelar di depan Istana Negara, Jakarta. Tidak hanya perubahan nama, titik kumpul massa aksi juga berubah. Sebelumnya peserta akan berkumpul di Jalan Asia Afrika, Senayan, pukul 06.00 WIB lalu bergerak ke Monas.
Rencana berubah menjadi titik kumpul di Bundaran HI mulai pukul 08.00 WIB, bergerak menuju Istana.
“Perubahan nama dan rute ini terjadi untuk menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dinamis,†ucapnya.
Edi mengajak umat Islam, mahasiswa, pelajar, ormas Islam dan emak-emak militan bergabung bersama untuk menyuarakan ketidakadilan dan menegakkan kebenaran di negeri ini.
Edi mengatakan, ada beberapa pertimbangan terkait perubahan aksi itu.
Pertama, kata dia, aksi mahasiswa yang dihadapi oleh aparat beberapa hari lalu, dilakukan dengan sikap represif. Akhirnya, banyak menimbulkan korban luka, hilang, bahkan ada yang meninggal dunia.
Kedua, perubahan nama itu lantaran munculnya aksi para pelajar sebagai sebuah fenomena yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam eskalasi politik di negeri ini.
“Aksi yang berlangsung spontan dan tanpa komando yang jelas ini pun berakhir ricuh dan diamankannya ratusan pelajar oleh pihak aparat,†tambahnya.
Ketiga, pihaknya khawatir dengan kerusuhan di Wamena dan Papua. Sebab kerusuhan itu menelan korban puluhan jiwa dan eksodus warga pendatang keluar dari wilayah tersebut.
Keempat, bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat oleh Pemerintah.
Kebakaran tersebut telah menyebabkan ratusan ribu warga terkena pekatnya asap dan menderita sakit infeksi pernapasan (Ispa). Bencana asap juga telah merenggut korban jiwa.
“Berbagai kondisi ini menunjukkan negeri kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ada yang salah dalam mengelola dan mengurus negara yang kita cintai ini. Singkat kata, pemerintah telah gagal,” tutur Ustadz Edy.[kompas]