Derita Eropa yang Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19, Gegara Warga Ogah Divaksin
digtara.com – Beberapa negara eropa yang sempat tenang menggadaoi virus Covid-19, kini malah menghadapi derita. Mereka mulai kewalahan menghadapi gelombang kasus Covid-19. Hal itu terjadi akibat banyaknya warga yang ogah divaksin.
Baca Juga:
Di Belanda, Perdana Menteri (PM) Mark Rutte mengumumkan lockdown (penguncian) parsial atau sebagian untuk mengendalikan rekor lonjakan kasus COVID-19 di negara tersebut. Ini merupakan lockdown pertama musim dingin di Eropa Barat.
Kasus COVID-19 telah melonjak sejak pemerintah Belanda mencabut sebagian besar pembatasan terkait Corona kurang dari dua bulan lalu pada 25 September. Jumlah kasus harian mencapai tingkat rekor lebih dari 16.000 kasus pada Kamis (11/11) dan Jumat (12/11).
Negara berpenduduk 17 juta orang itu telah melaporkan 2,2 juta kasus COVID-19 dan 18.612 kematian sejak awal pandemi tahun lalu.
Orang yang tidak divaksinasi merupakan penyebab sebagian besar kasus perawatan intensif (69 persen) dan rawat inap di rumah sakit (55 persen). Tetapi berkurangnya efisiensi vaksin, terutama pada orang tua, juga menjadi penyebab lonjakan tersebut.
Austria terpaksa akan menempatkan jutaan warganya yang tidak divaksinasi lengkap dalam kebijakan lockdown (penguncian). Hal tersebut diumumkan Kanselir Austria, Alexander Schallenberg seiring jumlah kasus infeksi Corona harian telah menyentuh rekor tertinggi dan adanya peningkatan pasien di unit perawatan intensif (ICU).
Dilansir dari kantor berita Reuters, Jumat (12/11/2021), statistik nasional Austria menunjukkan bahwa sekitar 65% populasi telah divaksinasi penuh.
Menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, Austria memiliki tingkat vaksinasi terendah di antara negara-negara Eropa Barat selain negara kecil Liechtenstein.
Banyak warga Austria skeptis terhadap vaksinasi, pandangan yang didorong oleh Freedom Party, partai terbesar ketiga di parlemen.
Dulu Dipuji, Kini Jerman Menderita
Sementara itu, Jerman yang sempat dipuji karena cepat tanggap menangani pandemi COVID-19. Namun, kini Jerman mengalami keterpurukan karena kasus Corona di negara itu terus melonjak.
Pada Kamis (11/11), waktu setempat, negara Eropa itu mencatat rekor lebih dari 50 ribu dalam sehari. Angka itu merupakan rekor tertinggi sejak pandemi.
Hal ini dikarenakan upaya vaksinasi Jerman berjalan lambat dan harus menghadapi skeptisisme vaksin yang keras kepala dalam populasinya.
Hingga saat ini, 69,8% populasi di Jerman telah menerima satu vaksinasi COVID-19 dan 67,3% populasi telah divaksinasi lengkap.
Ini kurang tinggi dibandingkan dengan 79,8% populasi Inggris di atas usia 12 tahun yang sekarang telah divaksinasi lengkap.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, mengatakan, “Kita saat ini mengalami pandemi terutama di antara mereka yang tidak divaksinasi dan sangat masif.” Dia pun mendesak warga Jerman untuk mendapatkan vaksin booster (penguat).
Beberapa negara bagian di Jerman yang paling parah lonjakan kasus Corona-nya, termasuk Saxony, Bavaria, dan yang terbaru Berlin, telah memberlakukan aturan pembatasan-pembatasan baru terhadap orang yang tidak divaksinasi di sebagian besar tempat-tempat umum dalam ruangan.