RI Sebut Israel Jadi Penghambat Perdamaian di Timur Tengah
digtara.com | NEWYORK – Indonesia menyebut Israel sebagai sumber penghambat proses perdamaian di Timur Tengah. Khususnya dalam penyelesaian konflik di Palestina.
Baca Juga:
Hal itu disampaikan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djani pada rapat Dewan Keamanan PBB terkait Timur Tengah. Rapat itu digelar di New York, Seasa 21 Januari 2020 kemarin.
Indonesia bahkan mengecam sikap Israel yang sama sekali tidak menunjukkan itikad baik dalam mencari jalan damai.
“Saya merasa sulit untuk memahami bagaimana kita dapat menemukan perdamaian. Khususnya jika delegasi Israel pada pagi ini bahkan tidak sekali pun menjawab berbagai hal yang disampaikan oleh delegasi Palestina,”kata Dian seperti dilansir CNN.
Dian menuturkan dua pejabat PBB untuk urusan Timur Tengah, Under Secretary General Rosemary DiCarlo dan Assistant Secretary General Ursula Mueller, menyampaikan bahwa proses perdamaian Israel-Palestina terhambat oleh berbagai tindakan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang melanggar hukum intenasional.
PEMUKIMAN ILEGAL DI GAZA
Salah satu pelanggaran Israel yang sangat disorot dunia internasional adalah perluasan permukiman ilegal dan blokade di Jalur Gaza.
Berdasarkan data dari Duta Besar Palestina untuk PBB, statistik 2019 menunjukkan bahwa blokade Israel di Jalur Gaze menyebabkan wilayah Palestina itu semakin menjadi area yang tidak layak dihuni.
Selama 2019, Israel menangkap 5.500 warga Palestina termasuk perempuan dan anak-anak.
Tingkat perluasan permukiman Israel di wilayah Palestina pada 2019 meningkat hingga pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu menyebabkan pembongkaran hingga penggusuran perumahan serta kekerasan terhadap wagra Palestina di Jalur Gaza.
“Hal ini menunjukkan ancaman nyata aneksasi Israel terhadap wilayah Tepi Barat semakin kuat,” kata Dian lewat pernyataan resmi yang dikirimkan.
Dian mendesak Israel menghormati hukum internasional dengan salah satunya menghentikan okupasi ilegal di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Menurut dia, Tren negatif yang terjadi di Palestina hanya akan meningkatkan potensi kegagalan dalam upaya perdamaian di Timur Tengah.
“Jika tidak diakhiri, aneksasi de facto ini akan menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi Palestina, dan membuat keamanan serta stabilitas kawasan sulit tercapai,” tutur Dian.
[AS]