Jumat, 18 Oktober 2024

Korona Belum Tuntas, China Kini Diserang Hama Belakang Afrika

- Senin, 24 Februari 2020 16:42 WIB
Korona Belum Tuntas, China Kini Diserang Hama Belakang Afrika

digtara.com | BEIJING – Sejumlah wilayah di China kini diserang jutaan ekor belakang Afrika yang tengah bermigrasi. Peristiwa itu membuat kondisi China semakin sulit. Khususnya karena negeri tirai bambu itu tengah dirundung masalah wabah virus korona (Covid-19) yang telah menjangkiti 77.150 dan membuat 2.592 orang meninggal.

Baca Juga:

Melansir China Daily, Senin (24/2/2020) menurut Zhang Zehua, seorang peneliti dari Institut Perlindungan Tumbuhan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian China, Provinsi Yunnan dan Sichuan, serta daerah otonom Guangxi Zhuang, kemungkinan besar akan terpengaruh wabah belalang gurun.

“Sangat tidak mungkin belalang gurun akan langsung bermigrasi ke daerah pedalaman China, tetapi jika wabah belalang gurun di luar negeri terus berlanjut, kemungkinan belalang memasuki China pada Juni atau Juli akan meningkat tajam,” kata Zhang.

Dia mengatakan daerah perbatasan antara daerah otonomi Tibet dan negara-negara Pakistan, India dan Nepal adalah daerah penyebaran belalang gurun.

“Namun, Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dapat berfungsi sebagai perisai terhadap kawanan, sehingga ada sedikit kemungkinan bahwa belalang dapat berbondong-bondong ke daerah pedalaman China,”kata Zhang.

Pada bulan Januari, belalang tiba di Djibouti dan Eritrea dan sekarang menyebar ke Tanzania dan Uganda. Itu akan mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian jutaan orang.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) sebelumnya menyatakan bahwa beberapa negara Afrika mengalami salah satu wabah belalang yang paling parah dalam beberapa dekade.

FAO memperingatkan wabah itu akan menyebabkan kerusakan signifikan pada pasokan pangan negara-negara itu, bahkan mengakibatkan kelaparan di wilayah tersebut.

Menurut FAO, belalang hama migrasi paling berbahaya di dunia. Satu belalang dapat menempuh jarak 150 kilometer, dan segerombolan kecil dapat mengonsumsi makanan yang cukup untuk memberi makan 35.000 orang dalam satu hari.

KEADAAN DARURAT

Somalia menjadi negara pertama di Afrika yang mengumumkan keadaan darurat terkait kawanan belalang, karena Ethiopia, Kenya, Sudan Selatan, dan Uganda juga telah mengalami wabah belalang yang parah.

Sebuah laporan menyatakan bahwa jumlah serangga itu dapat tumbuh 500 kali lipat di seluruh Tanduk Afrika pada Juni 2020.

Jika kenaikan jumlah belalang saat ini tidak dikendalikan, hal itu berpotensi dapat berubah menjadi wabah, menempatkan situasi ketahanan pangan yang rapuh di wilayah itu pada risiko yang lebih besar.

Zhang memperingatkan bahwa belalang padang pasir dapat menjadi ancaman bagi ketahanan pangan China jika spesies itu tidak dikontrol dengan baik dan tinggal di pedalaman China untuk berkembang biak.

“Sistem pencegahan dan perawatan belalang kami saat ini mampu mengendalikan kemungkinan invasi ke China. Tetapi pemantauan waktu nyata, obat-obatan yang memadai dan peralatan aplikasi pestisida serta staf terlatih dan koordinasi lintas wilayah oleh pemerintah pusat harus ditempatkan terlebih dahulu,” lanjutnya.

Dia juga menyerukan kerja sama antara China Pakistan, India dan Nepal untuk membantu mencegah bencana belalang serta berbagi informasi terbaru tentang migrasi kawanan belalang.

Ada lebih dari 1.000 jenis belalang di China, termasuk lebih dari 50 jenis belalang yang dapat menyebabkan bencana dan telah menjadi ancaman serius bagi produksi biji-bijian dan padang rumput, menurut Zhang.

China telah membentuk mekanisme pencegahan dan pengendalian respons belalang yang matang dan telah membentuk sistem pemantauan dan peringatan dini belalang empat tingkat nasional.

Berdasarkan pengalaman China, Zhang menyarankan bahwa kontrol belalang di negara-negara Afrika harus dirancang dengan hati-hati dan mengadopsi lebih banyak teknologi dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dia menyarankan agar daerah yang diserbu belalang diperlakukan secara ilmiah dengan metode berbeda berdasarkan kondisinya.

“Belalang gurun biasanya merusak padang rumput, ekosistem yang lebih rapuh seperti hutan atau gunung. Setiap anggota dalam rantai ekologi padang rumput sangat penting,” kata Zhang.

Dia mengatakan pestisida kimia harus menjadi pilihan terakhir karena akan menyebabkan kerusakan permanen pada ekosistem padang rumput secara keseluruhan.

[AS]

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru