Selasa, 24 Desember 2024

Kapal Survei Cina Tinggalkan Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia

- Jumat, 15 Mei 2020 23:29 WIB
Kapal Survei Cina Tinggalkan Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia

digtara.com | Kapal survei Cina yang selama sebulan membuntuti kapal eksplorasi minyak Malaysia di Laut China Selatan meninggalkan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia.

Baca Juga:

Sejak pertengahan April lalu, Haiyang Dizhi 8 melakukan survei di ZEE Malaysia, dekat dengan tempat pengeboran perusahaan minyak pelat merah negeri jiran, Petronas. Malaysia, Vietnam, dan China sama-sama mengklaim perairan.

Sementara West Capella, kapal yang Petronas kontrak, meninggalkan perairan yang disengketakan tersebut pada Selasa (12/5) lalu, setelah menyelesaikan pekerjaan yang mereka rencanakan.

Berdasarkan data Reuters, pada Jumat (15/5), Haiyang Dizhi 8 pindah dari ZEE Malaysia menuju Utara ke China dengan kawalan setidaknya dua kapal Tiongkok, menurut data dari situs pelacakan kapal Marine Traffic.

Data dari bulan lalu menunjukkan, kapal tersebut telah bergerak di perairan Malaysia dalam pola berbentuk hash.

yang konsisten dengan melakukan survei, seperti saat terjadi ketegangan dengan kapal-kapal Vietnam tahun lalu.

Menurut Kementerian Luar Negeri Malaysia tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Sebelumnya, mereka telah menyerukan sengketa Laut China Selatan diselesaikan dengan cara damai.

Akan tetapi, China membantah laporan tentang kapal surveinya yang membuntuti kapal eksplorasi Malaysia, dengan mengatakan, Haiyang Dizhi 8 sedang melakukan kegiatan normal.

Insiden itu telah mendorong Amerika Serikat (AS) untuk meminta China menghentikan “perilaku intimidasi” di perairan yang disengketakan.

Kapal perang AS dan Australia telah melakukan latihan bersama di Laut China Selatan dekat Dengan kapal West Capella

Dalam beberapa pekan terakhir, tak lama setelah Haiyang Dizhi 8 tiba.

Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI) yang bermarkas di Washington menyatakan, konflik China-Malaysia telah berlangsung berbulan-bulan.

Cina mengklaim hampir semua Laut China Selatan yang kaya energi juga merupakan jalur perdagangan utama.

Sementara Filipina, Brunei, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan memiliki klaim yang tumpang tindih.

AS juga menuduh China mengambil keuntungan dari pandemi virus corona untuk meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan.

Dimana Juru bicara Kementerian Luar Negeri China bulan lalu menuduh pejabat AS mencoreng Beijing.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru