Amsterdam Berencana Melarang Wisatawan Asing Nikmati Ganja
digtara.com – Amsterdam, Kota terbesar di Belanda, telah lama jadi surga bagi wisatawan asing yang ingin menikmati ganja. Akan tetapi, walikota setempat ingin Amsterdam juga dikenal sebagai keindahan kotanya.
Baca Juga:
Dilansir DW News oleh detikcom, Walikota Fekme Halsema menuturkan bahwa kedatangan wisatawan terus meningkat ke Amsterdam. Banyak dari mereka yang berkunjung hanya untuk mengonsumsi ganja yang kerap dikatakan sebagai ‘kedai kopi’. Hal ini pun menjadi masalah bagi penduduk setempat.
Dalam upaya membersihkan citranya, Amsterdam akan membatasi wisatawan asing untuk mengunjungi ‘kedai kopi’ mereka. Hanya penduduk Belanda saja yang akan mendapat izin.
“Amsterdam adalah kota internasional dan kami ingin menarik wisatawan, tetapi kami ingin mereka datang karena kekayaannya, keindahannya dan institusi budayanya,” kata Walikota Amsterdam, Fekme Halsema.
Menurut Bloomberg, Rencana pembatasan ‘kedai kopi’ bagi wisatawan asing didukung oleh polisi dan jaksa setempat. Ini juga bertujuan untuk mengatasi aliran obat-obat terlarang dan organisasi kejahatan yang terkait dengan perdagangan ganja.
“Pasar ganja terlalu besar dan terlalu panas,” kata Haselma.
“Saya ingin mengecilkan pasar ganja dan membuatnya bisa dikelola,” tambahnya.
Halsema menyerahkan rencana ini ke Dewan Amsterdam. Dia berharap, kebijakan tersebut akan diterapkan paling cepat tahun depan.
Inisiatif baru tersebut menjadi langkah Amsterdam untuk secara aktif mengurangi arus pengunjung sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga. Sejak harga tiket penerbangan yang murah, Amsterdam menjadi tujuan akhir pekan yang populer.
Bahkan, sebelum diterapkan lockdown, distriknya yang terkenal, Mariyuana dan kanal-kanalnya yang indah mendatangkan lebih dari 1 juta wisatawan dalam sebulan. Menurut Halsema, sebagian besar ‘kedai kopi’ dipenuhi turis yang akhirnya meningkatkan kriminalitas penggunaan narkoba.
Amsterdam memiliki 166 buah ‘kedai kopi’. Jika rencana pembatasan kunjungan diterapkan, maka sebagian besar toko akan ditutup. Menurut studi pemerintah, permintaan ganja bagi penduduk lokal hanya akan membutuhkan 68 ‘kedai kopi’.
Halsema mengharapkan dukungan dari komunitas bisnis yang memiliki banyak pengusaha di pusat kota untuk tak lagi mendukung reputasi Amsterdam untuk akses seks dan narkoba.
“Kita bisa menjadi kota Amsterdam yang terbuka, ramah dan toleran. Tapi juga kota yang menyulitkan penjahat dan memperlambat pariwisata massal,” tambahnya.