Dili Terpapar Covid-19, Pengawasan Keimigrasian di Perbatasan RI-Timor Leste Diperketat

digtara.com | KUPANG – Ibu Kota negara Republik Demokratik Timor Leste, Dili, kini telah terpapar Virus Korona. Itu terjadi setelah lewat seorang warga negara Italia yang positif Korona masuk ke wilayah yang dahulunya merupakan bagian dari Indonesia itu.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Atas kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Keimigrasian melakukan pengetatan pengawasan di pintu-pintu perbatasan. Itu dilakukan untuk mengantisipasi Virus Korona yang ada di Dili, terpapar ke Indonesia.

Pengetatan pengawasan keimigrasian dilakukan di beberapa Pos Lintas Batas Negara Terpadu (PLBNT) yang tersebar di Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Malaka.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua, K. A. Halim menjelaskan, PLBNT yang diawasi ketat yakni Motaain di Kabupaten Belu, Mota Masin di Kabupaten Malaka. Lalu PLBNT di Wini dan Napan di Timor Tengah Utara, serta Pos Lintas Batas (PLB) Turiskain, Builalu, Laktutus dan Haumeniana.

“Kami mengantisipasi virus tersebut menyebar dengan cara melengkapi petugas peralatan pelindung diri, ketika memeriksa dokumen warga negara Timor Leste yang hendak masuk ke Indonesia,” katanya, Selasa (10/3/2020).

Menurutnya, informasi WN Italia yang suspect Virus Korona didapatkan dari Sekretaris I Kantor Perwakilan KBRI Dili. Sehingga reaksi cepat yang diambil kini, yakni petugas dilengkapi alat pelindung diri sehingga tidak terjangkit.

“Antisipasi penyebaran Virus Korona, saya perintahkan kepada seluruh petugas di perbatasan, baik di PLBNT Motaain, Motamasin, Wini dan Napan, maupun di PLB Turiskan, Builalu, Laktutus, Humeniana dalam melaksanakan tugas untuk melengkapi diri dengan masker, sarung tangan, cairan pembersih tangan. Serta menjaga kondisi badan supaya fit terus istirahat yang cukup dan makan vitamin,” ungkap Halim.

Walaupun PLB Laktutus dan Builalu tidak ada perintah, namun petugas tetap disebar disana. “PLB Laktutus tidak ada pelintas, PLB Builalu tidak ada pelintas, PLB Haumeniana ada pelintas hanya tiga orang per bulan. Sementara PLB Turiskain ada pelintas setiap hari 7 sampai 12 orang perhari,” tutupnya.

[AS]