Fisip USU Gelar Festival Antropologi 2019
digtara.com | MEDAN – Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar Festival Antropologi 2019. Festival bertema “Reinvensi Melayu” itu digelar di Aula Fisip USU, Jalan DR Sofyan No 1, Kampus USU, Medan, Selasa (2/4/2019).
Baca Juga:
Ketua Departemen Antropologi Fisip USU, Fikarwin Zuska dalam sambutannya mengatakan, festival ini diadakan untuk menjaga agar nilai-nilai kebudayaan senantiasa muncul di masyarakat.
“Antropologi sebagai ilmu yang berkonsentrasi pada kebudayaan dituntut untuk terus menjaga agar nilai-nilai budaya agar senantiasa muncul ditengah masyarakat. Salah satunya yakni dengan mempertontonkan bagian-bagian dari adat dan membincangkan berbagai makna dibalik bagian dari adat tersebut,”ujarnya.
Fikarwin menjelaskan thema Reinvensi Melayu yang diusung pada festival kali ini, lahir dari berbagai kerinduan untuk memunculkan kembali berbagai adat Melayu yang saat ini semakin tergerus. Bukan hanya mempertontonkan beberapa pertunjukan yang menjadi bagian dari budaya Melayu, namun juga akan diperbincangkan secara akademis.
“Kita akan memperbincangkan adat Melayu. Ada kuliner, tarian, pantun dan lainnya. Apakah ini Melayu atau Hibridisasi dengan budaya lain?. Mari kita membincangkan Melayu,. Untuk kedepannya mungkin kita akan membincangkan juga budaya dari etnis lain,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Panitia Festival Antropologi 2019, Zulkifli Rani. Menurutnya kegiatan ini menjadi penting sebagai bagian dari upaya menumbuhkan kecintaan kalangan mahasiswa terhadap budaya lokal yang sangat beragam di Sumatera Utara.
“Kegiatan ini tentu atas inisiatif dari seluruh jajaran Dosen dan Mahasiswa Antropologi FISIP USU. Kami ucapkan terima kasih untuk seluruh dukungannya,” ungkapnya.
Sementara itu Dekan Fisip USU, Muryanto Amin mengatakan upaya-upaya akademis untuk menjaga konsistensi budaya menjadi bagian penting. Tergerusnya nilai-nilai budaya lokal pada era modernisasi merupakan hal yang perlu disikapi secara universal. Titik fokus dan peran akademisi sangat membantu agar nilai-nilai adat budaya lokal dapat bertahan.
“Ini themanya sangat bagus dari sisi akademis. Reinvensi Melayu. Apakah memang benar Melayu itu sudah mulai hilang sehingga harus ditemukan kembali?. Dan saya kira hasil dari kegiatan ini perlu untuk dituliskan menjadi sebuah buku,” sebutnya.
Festival Antropologi FISIP USU 2019 ‘Reinvensi Melayu’ ini dihadiri oleh para Dosen Departemen Antropologi FISIP USU, Dosen Etnomusikologi USU Fadlin Muhammad Ja’far, Muhammad Takari serta para Alumni Antropologi dan ratusan mahasiswa.
[AS]