Mengenal Aritmia, si Pembunuh Tak Kenal Usia
digtara.com | MEDAN – Tak banyak masyarakat yang mengenal Aritmia. Padahal  penyakit yang juga disebut sebagai penyakit Gangguan Irama Jantung itu tak bisa dianggap sepele.
Baca Juga:
Aritmia bisa membuat penderitanya mengalami kecatatan otak permanen dan meninggal dunia. Penyakit ini  bahkan disebut sebagai penyakit yang tak mengenal usia, karena bisa menyerang siapa saja.
Spesialis Kardiovaskular Prof Yoga Yuniadi, SpJP(K), mengatakan, siapapun tidak boleh meremehkan penyakit Aritmia. Sebab pada akhirnya bisa merusak otak secara permanen.
“Bila aritmia tidak tertangani dengan baik dapat dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen, hingga kematian mendadak,â€sebut Spesialis Kardiovaskular Prof Yoga Yuniadi, seperti dilansir Okezone, Kamis (23/1/2020).
Sementara itu merujuk pada laman Halodoc, Aritmia disebutkan sebagai suatu penyakit yang terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung normal tidak bekerja dengan baik atau mengalami gangguan.
BERBAGAI JENIS ARITMIA
- Bradikardia, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal.
- Blok jantung, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur, dan dapat menyebabkan pengidapnya kehilangan kesadaran (pingsan).
- Takikardia supraventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdenyut cepat secara tidak normal.
- Fibrilasi atrium, yaitu kondisi ketika jantung berdetak cepat dan tidak teratur, bahkan ketika pengidapnya sedang beristirahat.
- Fibrilasi ventrikel, yaitu jenis aritmia yang dapat menyebabkan pengidapnya kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang terlalu cepat dan tidak teratur.
FAKTOR RISIKO
Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan seseorang untuk terkena penyakit aritmia. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko tersebut, yaitu:
- Pengunaan narkoba atau zat-zat tertentu. Seseorang berisiko mengidap aritmia jika menggunakan narkoba atau zat zat lainnya. Hal ini karena kerja jantung bisa terpengaruh, terutama penggunaan narkoba jenis amfetamin dan kokain.
- Konsumsi alkohol yang berlebihan. Risiko seseorang untuk mengidap aritmia juga meningkat jika mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Hal tersebut timbul karena pengaruh dari impuls listrik di jantung.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beragam jenis obat dapat menyebabkan efek samping tertentu, salah satunya adalah penyakit aritmia. Bahkan, dari obat-obatan untuk penyakit ringan, seperti obat batuk dan pilek, juga dapat menyebabkan kelainan pada irama jantung ini terjadi.
- Merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan. Baik merokok dan mengonsumsi kafein jika dilakukan secara berlebihan, maka meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap aritmia. Hal ini dikarenakan merokok dan kafein menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat.
PENYEBAB
Berikut ini penyebab yang dapat mengakibatkan aritmia, antara lain:
- Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah. Kadar elektrolit seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium dapat mengganggu impuls listrik jantung, sehingga mengakibatkan aritmia.
- Penggunaan narkoba. Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi kerja jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
- Efek samping obat-obatan. Beberapa obat batuk dan pilek yang dijual bebas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia.
- Banyak mengonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan dapat mempengaruhi impuls listrik jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
- Banyak mengonsumsi kafein atau nikotin (merokok). Kafein dan nikotin menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari normal, sehingga mengakibatkan aritmia.
- Gangguan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif mampu meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
- Sleep apnea obstruktif. Pada keadaan ini, pernapasan yang dialami pengidap penyakit ini akan terganggu saat tidur dan dapat meningkatkan risiko aritmia.
- Diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan aritmia.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan dinding bilik kiri jantung menebal dan menjadi kaku, sehingga aliran listrik jantung terganggu.
- Penyakit jantung koroner, gangguan lain pada jantung, atau riwayat operasi jantung.
- Penyempitan pembuluh darah arteri jantung, serangan jantung, kelainan pada katup jantung, gagal jantung, dan kerusakan jantung lainnya merupakan faktor risiko dari hampir segala jenis aritmia.
GEJALA
Gejala yang dialami pengidap aritmia, antara lain:
- Rasa berdebar di dada.
- Detak jantung lebih cepat daripada normal (takikardia).
- Detak jantung lebih lambat daripada normal (bradikardia).
- Kelelahan  dan lemas.
- Pusing.
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Pingsan.
DIAGNOSIS
Selain menanyakan riwayat perjalanan penyakit pengidap dan melakukan pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda aritmia, umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
- Ekokardiogram, untuk mengevaluasi fungsi katup dan otot jantung serta mendeteksi penyebab aritmia dengan bantuan gelombang suara (ultrasound).
- Elektrokardiogram (EKG), untuk merekam aktivitas elektrik di dalam jantung dengan menempelkan elektroda pada permukaan kulit di dada.
- Uji latih beban jantung, untuk melihat seberapa jauh tingkat keteraturan irama jantung sebelum berubah oleh pengaruh aktivitas fisik tadi.
- Monitor Holter, untuk merekam aktivitas jantung selama pengidap melakukan rutinitas tiap hari.
- Studi elektrofisiologi, untuk mengetahui lokasi aritmia dan penyebabnya, dengan menggunakan teknik pemetaan penyebaran impuls listrik di dalam jantung.
- Kateterisasi jantung, untuk mengetahui kondisi bagian jantung seperti bilik, koroner, katup, serta pembuluh darah, dilakukan dengan bantuan zat pewarna khusus dan X-ray.
PENGOBATAN
Beberapa langkah yang umumnya dilakukan dokter untuk mengobati aritmia sebagai berikut.
- Obat-obatan, misalnya obat-obatan penghambat beta untuk menjaga denyut jantung tetap normal dan obat-obatan antikoagulan, untuk menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan stroke.
- Alat picu jantung untuk menjaga detak jantung tetap normal pada kasus-kasus aritmia tertentu.
- Kardioversi. Dokter akan memberikan kejutan listrik ke dada pengidap untuk membuat denyut jantung kembali normal. Prosedur ini dilakukan jika suatu aritmia tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
- Metode ablasi untuk mengobati aritmia yang letak penyebabnya sudah diketahui.
PENCEGAHAN
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aritmia, antara lain:
- Menghindari dan mengurangi stres.
- Mengonsumsi makanan sehat.
- Menjaga berat badan ideal.
- Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter, terutama obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu jantung berdetak cepat.
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
- Tidak merokok.
- Berolahraga secara teratur.
[AS]