Bercermin dari Kasus Prostitusi Online Vanessa Angel, Awas ! Penyakit Seksual Mengintai
digtara.com | JAKARTA – VAnnesa Angel dikabarkan terima 15 transferan dari sang muncikari. Hal ini membuat narasi bahwa sosok perempuan kelahiran 21 Desember 1991 tersebut sering gonta-ganti pasangan dalam hal aktivitas seksual.
Baca Juga:
Hal ini tentunya mesti diwaspadai. Sebab, penyakit kelamin sangat rentan terjadi pada mereka yang aktif berhubungan intim dalam kondisi berganti-ganti pasangan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Ari Fahrial Syam, SpPD, menuturkan bahwa kasus prostitusi online yang kini sedang marak bukan hal luar biasa baginya. Sebab, dirinya beberapa kali menerima pasien yang ternyata pengguna jasa “wanita bayaran”.
“Pernah ada pasien yang datang komplain akibat penyakit hubungan seksual. Dia merasa sudah membeli mahal si perempuan tapi kok tetap kena juga,” cerita dr Ari melalui pesan WhatsApp, Senin (14/1/2019).
Ini menjadi masalah. Sebab, orang hanya bisa tahu bahwa dia terserang Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau tidak dari pemeriksaan darah. Rasanya sulit untuk kemudian meminta status HIV sebelum transaksi dilakukan, bukan begitu?
#Mereka yang Berisiko Terserang Penyakit Seksual
“Pengalaman klinis saya sebagai dokter spesialis penyakit dalam menemukan bahwa pasien dengan HIV terjadi pada semua kalangan. Penyakit ini bisa menulari semua profesi. Ibu rumah tangga (IRT) yang tidak gonti-ganti pasangan pun menderita HIV karena mungkin tertular dari suaminya yang suka jajan di luar,” sambungnya.
Bahkan, seorang ibu muda baik-baik yang akan menikah bisa saja positif mengidap HIV karena kemungkinan tertular dari mantan pacarnya yang memakai narkoba, di mana saat pacaran sewaktu duduk di bangku SMA pernah berhubungan seks beberapa kali.
“Berdasarkan pengalaman ini, untuk memastikan apakah seseorang menderita HIV/AIDS, saya tidak akan melihat status sosial pasien tersebut walau sehormat apa pun status sosialnya,” tegas dr Ari.
Gonta-ganti pasangan di era sekarang melalui prostitusi online sepertinya sesuatu hal yang sudah berjalan lumrah. Dari sudut agama, jelas bahwa hubungan seks di luar pernikahan merupakan zinah dan amal ibadah orang yang melakukan zinah tidak diterima selama 40 tahun.
Dari sudut kesehatan, gonta-ganti pasangan berisiko penyakit seksual. Kelompok penyakit akibat gonta-ganti pasangan ini dimasukan sebagai sexually transmitted disease (STD).
“Untuk para wanita yang gonta-ganti pasangan, selain penyakit STD tadi, mereka juga berisiko mengalami kanker mulut rahim,” papar dr Ari.
Jadi, siapa pun yang memiliki kehidupan seks gonta-ganti pasangan berpotensi menularkan penyakit yang didapat dari pasangan seks sebelumnya.
#Fase Terinfeksi Penyakit Seksual
Pasien dengan HIV positif atau dengan hepatitis B atau C sama dengan orang normal tanpa infeksi virus tersebut. Ketiga penyakit virus ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Tanda yang membedakan bahwa satu dengan yang lain adalah bahwa didalam darah pasien dengan HIV atau pasien dengan hepatitis B atau C mengandung virus tersebut sedang yang lain tidak.
“Secara fisik terutama sebelum ada komplikasi, kita tidak dapat membedakan siapa yang didalam tubuhnya mengandung virus yang sangat berbahaya tersebut.
Oleh karena itu, saat kita berhubungan seks dengan seseorang yang bukan istri kita, maka kita sudah berisiko untuk mengalami penyakit infeksi yang berbahaya dan mematikan,” papar dr Ari.
Fase tanpa keluhan penderita infeksi virus ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun sampai mereka mempunyai gejala.
“Oleh karena itu sering saya mendapatkan pasien yang mengalami HIV/AIDS saat ini dan menduga tertular sejak 5 atau 10 tahun yang lalu karena mereka menyampaikan penyakitnya itu setelah menikah 5 tahun belakangan ini. Mereka tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain kecuali kepada istri atau suami sahnya saja,” tambah dr Ari.
Lebih lajut, gejala klinis akibat virus baru muncul pada penderita infeksi HIV yang sudah lanjut, jika daya tahan tubuhnya sudah menurun.
Berbagai infeksi oportunistik akan muncul seperti sariawan karena jamur kandida, TBC paru, infeksi otak, diare kronik karena infeksi jamur atau parasit, atau timbulnya bercak hitam di kulit. Selain itu, pasien HIV yang sudah masuk tahap lanjut ini mengalami penurunan berat badan yang drastis.
“Hasil pemeriksaan laboratorium pasien terinfeksi HIV yang lanjut, jumlah lekosit akan kurang dari 5.000 dengan limfosit kurang dari 1.000. Diare kronik, sariawan di mulut dan berat badan turun merupakan gejala utama jika pasien sudah mengalami infeksi HIV lanjut dan sudah masuk fase AIDS,” pungkas dr Ari.