75 Persen Pasien Covid-19 Yang Meninggal adalah Orang Dengan Demensia
digtara.com – Sekira 75 persen kematian global akibat Covid-19 dialami orang dengan demensia (ODD) sebagai penyakit penyertanya (underlying condition). Demensia adalah gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak.
Baca Juga:
Demikian hasil penelitian kolaboratif yang dilakukan antara London School of Economics dan University College of London.
Demensia adalah gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak.
Sementara, demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan seseorang. Alzheimer biasanya juga disebut dengan pikun.
Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifik sekaligus Penggagas ALZI, DY Suharya mengatakan bahwa usia merupakan faktor terbesar terkait dengan demensia.
“Golongan lansia memiliki risiko paling tinggi terhadap paparan Covid-19, dengan 86 persen kematian terjadi pada golongan usia 65 tahun ke atas,” kata DY dalam diskusi daring bertajuk Mari Berbicara Seputar Demensia, seperti dilansir Kompas, Jumat (6/11/2020).
Lebih lanjut, DY mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini juga membuat banyak orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi, tidak terkecuali ODD dan caregivers.
Demensia di Indonesia…
DEMENSIA DI INDONESIA
Kasus ODD di Indonesia sendiri, pada tahun 2016 diperkirakan telah ada sekitar 1,2 juta. Angka ini disebutkan memiliki potensi meningkat menjadi 2 juta orang pada tahun 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050.
Perlakuan yang salah terhadap ODD dapat memperparah kondisi kejiwaan. Maka dari itu, diperlukan kolaborasi dan kontribusi seluruh pihak termasuk pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup lintas generasi yang lebih sehat.
Adapun kebijakan yang diambil pemerintah mengenai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah transmisi infeksi Covid-19, telah mempengaruhi kondisi fisik dan mental masyarakat.
Ahli syaraf dan Dekan Universitas Katolik Atma Jaya, Dr dr Yuda Turana SpS mengatakan situasi beradaptasi dengan kebiasaan baru setelah penerapan PSBB semakin membuat perubahan-perubahan sikap dari masyarakat yang cenderung berusaha lebih peduli terhadap kesehatan otak.
“Terjadi peningkatan jumlah orang yang bertanya seputar kesehatan mental dan kesehatan otak,” kata Yuda.
Namun, kondisi pandemi Covid-19 membuat banyak di antaranya merasa kesulitan dan takut untuk datang ke rumah sakit dan berkonsultasi secara langsung.
Yuda berkata, meskipun beberapa rumah sakit sudah menyediakan pelayanan konsultasi online saat pandemi Covid-19 ini.
“Namun, tidak bisa digantikan sepenuhnya, pemeriksaan fisik saat kehadiran pasien di rumah sakit,” ujarnya.
Sementara, di sisi lain, sistem pelayanan kesehatan yang membatasi pendamping dan adanya ruang isolasi tanpa pendamping, dengan jumlah tenaga kesehatan rumah sakit belum sepenuhnya memadai menjadi permasalahan besar pasien lansia dengan demensia di rumah sakit.
[AS]
https://www.youtube.com/watch?v=Iexe7n20JQY
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel YoutubeDigtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.