Pembukaan Musyawarah PSMTI Medan Santuni Ratusan Yatim Piatu
Digtara.com | MEDAN – Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Medan menyantuni sekaligus berbuka puasa bersama hampir seratus anak yatim piatu di Hotel Karibia, Medan. Kegiatan itu dilangsungkan dalam rangka Pembukaan Musyawarah (PSMTI) ini dihadiri 300 peserta dan peninjau.
Baca Juga:
“Kali ini Muskot bertepatan dengan bulan Ramadhan, di mana saudara kita yang muslim sedang berpuasa. Maka, di bulan berkah ini, kami mengundang anak yatim piatu buka puasa dan makan malam agar Muskot juga berkah,” ucap Ketua PSMTI Medan demisioner, Djono Ngatimin, SH.
Tampak hadir, Wakapolda Sumatera Utara Brigjen Pol. Mardiaz Kusin Dwihananto SIK, M.Hum dan Direktur Bimas Kombes Pol Yusuf Hondawantri Naibaho, SH, M.Si. Selain itu, hadir juga Ketua Dewan Kehormatan PSMTI medan Kwik Sam Ho, Ketua Dewan Penasehat Halim Loe SE, tokoh masyarakat Iwan Hartono Alam dan Amrin Susilo Halim.
Djono memaparkan, Muskot digelar karena memang sudah waktunya. Masa jabatan kepengurusan sudah berakhir dan harus digelar musyawarah sebagaimana amanat AD/ART PSMTI. “Saya tidak mencalonkan lagi, biar ada regenerasi. Saya yakin, calon yang muncul adalah kader-kader terbaik PSMTI,” kata dia.
Didampingi Ketua Dewan Kehormatan Halim Loe SE, Djono mengucapkan terima kasih kepada Wakapoldasu yang sudi meluangkan waktu hadir pada Pembukaan Muskot dan Buka Puasa bersama anak yatim piatu. “Bagi kami, ini adalah kehormatan besar,” ucapnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Iwan Hartono Alam kepada wartawan mengapresiasi PSMTI medan. Ia mengatakan, PSMTI sebagai aset terbesar warga Tionghoa Indonesia berkarya tanpa memikirkan latar belakang agama. “Ini (PSMTI), memang rumah besarnya orang Tionghoa. Ketika mereka membuka Muskot dengan mengundang anak yatim piatu, maka saya yakin, Tuhan memberikan keberkahan dalam acara ini,” katanya.
Ketua Dewan Kehormatan Kwik Sam Ho menambahkan, PSMTI Medan di masa kepemimpinan Djono Ngatimin sudah berjalan dengan baik. Ia juga mengapresiasi Djono yang memilih tidak mencalonkan diri lagi.
“Demokrasi ini mesti diawali dari kelapangan hati, karena ini adalah organisasi kekeluargaan. Tidak ada yang dikejar melainkan pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya. (jo)