Melihat Keceriaan Anak-Anak Penyintas Ikuti Pawai Hari Kanker Anak Internasional 2020
digtara.com | MEDAN – Pemandangan pada kegiatan pada hari bebas kenderaan (car free day) di Lapangan Merdeka Medan, sedikit berbeda, Minggu (16/2/2020) pagi.
Baca Juga:
Perbedaan itu karena car free day pekan ini diramaikan oleh anak-anak penyintas kanker, yang sedang mengikuti Pawai peringatan Hari Kanker Anak Internasional 2020. Anak-anak itu terlihat berbaris rapi diikuti konvoi becak dayung yang membawa mereka.
Warga awalnya sempat heran dan bertanya-tanya. Â Siapa sebenarnya anak-anak tersebut. Apalagi pawai itu dibuka langsung oleh istri Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah, Sri Ayu Mihari.
“Dengan mengucapkan Bimillahirrahmanirrahim dengan ini saya membuka pawai Hari Kanker Anak Internasional 2020,†ujar Sri Ayu Mihari yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sumut.
Ekspresi para anak itu beragam. Semuanya menunjukkan kegembiraan.
Sekilas tidak ada yang berbeda dari anak-anak itu. Sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Mereka terus mengibarkan bendera kertas sembari melempar senyum kepada siapapun yang menyapa.
BUTUH DUKUNGAN LINGKUNGAN
Namun siapa sangka, mereka adalah penyintas (survivor) kanker. Pawai itu sengaja digelar untuk memberitahukan ke publik jika anak penderita kanker membutuhkan dukungan semangat yang besar dari sekelilingnya. Supaya dia tetap bisa bertahan dengan penyakit yang dideranya.
Ada puluhan anak yang ikut pawai. Acara ini digagas oleh Yayasan Onkologi Anak Medan (YOAM). Organisasi yang concern dalam pendampingan anak penderita kanker.
Setelah pawai, Sri Ayu Mihari langsung menemui para survivor. Memberikan dukungan moril kepada mereka.
Acaranya digelar cukup sederhana. Namun berlangsung meriah. Selain pawai, berbagai penampilan hiburan juga ditunjukkan oleh para pendukung acara. Mulai dari pertunjukan angklung sampai paduan suara dan tari-tarian.
Anak-anak yang masih berusia tiga sampai belasan tahun ini juga semakin gembira saat mendapat kesempatan berpose di atas motor gede yang terparkir di lokasi acara.
YOAM tidak sendirian untuk menggelar acara ini. Mereka didukung berbagai komunitas mulai dari PMI, tenaga kesehatan, hingga para jurnalis dari Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan.
“Kita sengaja menggelar acara ini supaya masyarakat tahu bahwa di Sumut ada anak penderita kanker yang jumlahnya terus meningkat. Kita memberikan motivasi kepada adik-adik ini, bahwa mereka itu tidak tidak berjuang sendiri,†ujar Ketua YOAM Atika Rahmi.
PENGGALANGAN DANA
Dalam kesempatan itu, mereka juga menggalang donasi untuk membantu Rumah Singgah YOAM yang kini menampung ratusan anak penderita kanker. Karena setiap tahun, jumlah anak yang datang ke rumah singgah di dekat Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terus bertambah.
“Di sana mereka mendapatkan berbagai fasilitas yang digunakan secara gratis. Mereka ini banyak yang berasal dari luar Kota Medan. Mereka tinggal di rumah singgah itu. Partisipasi masyarakat untuk anak penderita kanker begitu berarti,†ungkapnya.
Atika Rahmi juga berharap pemerintah bisa bersinergi bersama YOAM untuk melakukan pendampingan. Khususnya tentang deteksi kanker pada anak sejak dini.
“Kami selama ini di YOAM mengisi kekosongan itu. Pemerintah sudah memberikan pelayanan medis tapi tidak memberikan pendampingan secara psikologi. YOAM hadir disitu. Karena anak-anak penderita kanker itu sangat membutuhkan itu,†pungkasnya.
MEMBANGUN EMPATI WARGA
Sementa itu, Ketua PFI Medan Rahmat Suryadi juga mengapresiasi acara yang digelar. Kata Rahmat, acara seperti ini bisa menarik empati warga di Kota Medan untuk memberikan dukungan baik materiil ataupun moril.
“Sebagai jurnalis, kami tentunya juga punya tanggung jawab moril. Kami berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada para survivor. Kami mengajak selurh warga Kota Medan untuk juga memberikan semangat kepada para survivor,†ujarnya.
Rahmat juga berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian lebih kepada para anak penderita kanker. Baik dalam pelayanan kesehatan, kemudahan fasilitas kesehatan dan pendampingan.
“Kalau ini bersinergi dengan baik, maka kelak kita juga bisa menekan angka anak penderita kanker. Paling tidak pemerintah bisa komitmen memberikan edukasi terhadap masyarakat,†pungkasnya.
[AS]