Kamis, 06 Februari 2025

Prihatin Anak-anak Tak Kenal Huruf, Pendeta di Kupang Bangun Kebun Baca

Imanuel Lodja - Sabtu, 08 Agustus 2020 11:01 WIB
Prihatin Anak-anak Tak Kenal Huruf, Pendeta di Kupang Bangun Kebun Baca

digtara.com – Wajib belajar bagi anak-anak sudah lama didengungkan pemerintah dengan berbagai pola pembelajaran. Bangun Kebun Baca karena Prihatin

Baca Juga:

Di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih banyak anak usia sekolah yang belum bisa membaca dan tidak mengenal huruf.

Salah satu faktornya karena minimnya sarana belajar dan kebanyakan anak usia sekolah lebih senang ikut orang tua ke kebun atau sawah.

Kebetulan 95 persen warga di Desa Bolok hidup dari bertani dan nelayan.

Masa covid-19 dengan sistem pendidikan secara online makin membuat anak-anak jarang ke sekolah.

Baca: Kisah Polisi di Sabu Raijua Mengantar Ibu dan Anak yang Ditilang ke Rumah Sakit

Pendeta Ratna Radiena-Blegur, ketua majelis jemaat GMIT Elim Bolok, prihatin melihat kondisi ini.

Sejak Sinode GMIT menugaskan melayani di GMIT Elim Bolok, Berbagai gerakan dilakukan agar anak usia sekolah di wilayah pelayanannya bisa mengenal huruf dan bisa membaca.

Tahun 2018 lalu, ada warga yang kesulitan uang hendak menjual tanah ke pembeli dari luar NTT. Ratna pun menggalang dana dari kerabatnya agar membantu lahan potensial ini tidak berpindah tangan ke orang luar.

Mereka pun membeli lahan seluas 20×80 meter persegi di dusun Kol’ana Desa Bolok.

Tantangan Bangun Kebun Baca karena Prihatin

Tantangan lain dihadapi dalam proses pembersihan lahan yaitu, mereka harus membersihkan pohon duri dan rumput tinggi.

Beruntung banyak anggota jemaat dan warga secara sukarela membantu membersihkan lahan tersebut. Lahan pun disulap menjadi kebun untuk menanam aneka sayuran.

Namun hampir setiap hari lahannya menjadi lokasi berkumpul warga dan jemaat. Saat orang tua datang, anak-anak pun ikut serta dan tidak ke sekolah.

Baca: Prihatin dengan Kesulitan Pendidikan Anak Sekitar, Anggota Polres Kupang Kota Sediakan Wifi Gratis

Ratna kemudian memiliki ide menjadikan kebun tersebut sebagai lokasi baca bagi anak-anak.

Anak-anak di Bolok terbantu dengan pola pengajaran di kebun baca. (digtara.com/imanuel lodja)

Sebuah pondok beratap daun pun dibangun dengan bantuan penjaga gereja.

Kesulitan lain yang dihadapi Ratna adalah soal ketersediaan buku bacaan. Ia kemudian meminta bantuan rekan-rekannya agar menyumbangkan buku bacaan.

Kegigihannya terpantau lembaga lain sehingga Save The Children pun tergerak memberikan bantuan buku bacaan walau dalam jumlah terbatas.

Baca: Iduladha di Tengah Pandemi, Sejumlah Lokasi Salat Ied di Kota Kupang Ditutup

Belasan anak-anak pun menjadi betah belajar membaca dan menulis di pondok sederhana ini.

Buku-buku bacaan pun ditempatkan seadanya pada rak kayu. Disediakan pula sebuah papan tulis hitam dan kapur putih untuk melatih anak-anak mengenal huruf dan membaca.

Agar anak-anak lebih betah maka perlahan-lahan dibangun sarana permainan sederhana menggunakan media kayu dan ban mobil bekas maupun tali.

Dibantu suaminya Bripka Tomas Radiena, SH yang juga anggota Propam Polres Kupang Kota, Ratna membangun lopo (rumah sederhana) dan bangku kayu guna melengkapi sarana di kebun baca Kol’ana.

Berdayakan warga sekitar

Selain itu, guna memberdayakan kaum pemuda dan ibu-ibu maka disediakan aneka jualan makanan ringan seperti salome dan pisang goreng.

Lokasi tersebutpun menjadi ramai. Tak jarang anak-anak maupun orang tua berkumpul terutama pada petang hingga malam hari.

Di kebun baca Kol’ana juga dibangun kolam ikan lele. Hasilnya dinikmati para warga dan dijual.

Sementara untuk suplai air bersih, Ratna bersama warga sekitar mengambil air dari sumur bor dengan membayar Rp 100.000 setiap bulan.

Sejak pandemi Covid-19 ini, Ratna mendapat bantuan gratis tenaga pendidik untuk kursus bahasa Inggris.

Baca: Seorang Petani di Kupang Diterkam Buaya saat Mengambil Air di Muara

Setiap hari Senin, Rabu, Kamis dan Jumat menjadi jadwal pelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak di kebun baca Kol’ana Bolok.

Selain belajar mengenal huruf, anak-anak juga diajari bercocok tanam. (digtara.com/imanuel lodja)

Anak-anak pun antusias mengikuti program baca dan kursus bahasa Inggris di lokasi tersebut.

Mereka rutin datang ke kebun baca pada jam yang sudah disepakati, sementara orang tua mereka bebas bertani di sekitar lokasi kebun baca.

Bibit Sayuran

Bagi kaum ibu yang mengelola lahan tersebut, Ratna membantu bibit sayuran yang diadakan secara swadaya. Hasil pertanian pun dikonsumsi warga dan dijual ke pihak lain.

“Saya prihatin dengan angka putus sekolah dan banyak anak usia sekolah belum bisa membaca. Daripada anak-anak beraktivitas tanpa tujuan saat ikut orang tua ke kebun maka saya buka kebun baca,” ujar Ratna Radiena-Blegur saat ditemui di kebun baca Kol’ana Bolok.

Ide ini dipadukan dengan program gereja GMIT Elim Bolok untuk minat dan baca.

“Kebetulan ada lahan kosong, walaupun jauh tapi ada akses. Walaupun kami kesulitan mendapatkan bantuan buku, tapi kami ada tekad mengajari anak-anak mengenal huruf dan bisa membaca,” tambahnya.

Ia juga salut dengan warga yang membantu mengelola kebun baca karena bekerja tanpa upah dan lahan yang dikelola pun cukup luas.

Walaupun minim buku bacaan, anak-anak di Desa Bolok memanfaatkan buku bacaan yang ada. (digtara.com/imanuel lodja)

Baca: Kabaharkam Polri Cek Lahan yang Akan Dimanfaatkan untuk Ketahanan Pangan

Untuk membuat anak-anak betah, ia pun membuat berbagai terobosan sehingga anak-anak dan warga nyaman. Ratna pun turun langsung menjadi guru bagi anak-anak saat mereka belajar di pondok daun.

Ia memiliki harapan besar, anak-anak di Desa Bolok bisa membaca dan memiliki masa depan serta pengetahuan karena lewat buku anak-anak memiliki pengetahuan.

“Walaupun mereka dari keluarga kurang mampu dan jauh dari pusat kota, tapi mereka harus didampingi, karena mereka memiliki tekad dan niat untuk maju dan berkembang,” tambah Ratna.

Untuk itu, anak-anak yang belajar di kebun baca bukan saja anak-anak usia sekolah, namun anak putus sekolah dan orang tua pun bisa memanfaatkan semua sarana di kebun baca.

Ia masih memiliki ‘mimpi’ agar segera dipasang jaringan internet dan wifi di sekitar lokasi tersebut sehingga anak-anak bisa mudah mengakses internet terutama dalam sistem pendidikan online saat ini.

Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel YoutubeDigtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.

Kisah Pendeta di Kupang, Bangun Kebun Baca karena Prihatin Anak-anak Tak Kenal Huruf

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Imanuel Lodja
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru