Astaga ! Anak Gizi Buruk Dianiaya Ayah Kandungnya
Digtara.com | KUPANG – Nasib nahas dialami bocah penderita gizi buruk Diana Damianti Sabneno. Bocah usia dua tahun ini mengalami kekerasan dan dianiaya ayah kandungnya sendiri. Bocah yang memiliki bobot berat badan hanya 5 kilogram ini mengalami patah tangan kanan dan patah kaki kanan serta sejumlah luka diwajah karena tersulut puntung rokok.
Baca Juga:
Kini, bocah ini yang merupakan anak ke sembilan sedang dirawat di RSUD Prof Dr WZ Yohanes Kupang. Korban Diana Damianti Sabneno merupkan anak kesembilan dari pasangan Abraham Sabneno (45) dan Erni Lakusaba (41).
Pasangan yang belum menikah resmi ini tinggal di sebuah kebun yang jauh dari pemukiman warga di RT 01/RW 01 Kelurahan Oenesu Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Pasangan yang kumpul kebo sejak tahun 1996 ini menempati lahan kebun milik Laazar Husen, anggota Polda NTT.
Kasus penganiayaan dan pengancaman ini sudah dilaporkan Erni Lakusaba (ibu korban yang juga istri pelaku).
Waka Polsek Kupang Barat Polres Kupang, Ipda Oktovianus Snait, SH saat ditemui dikantornya, Rabu (17/7) mengaku kalau Erni baru melaporkan kasus ini pada Minggu (14/7) petang sekitar pukul 16.00 wita. Dalam laporannya ke polisi, Erni mengaku kalau suaminya sudah lama menganiaya anak-anaknya.
“Awalnya Erni berusaha bersabar dan mendiamkan aksi kekerasan Abraham Sabneno kepada anak-anaknya. Seluruh anak-anak pernah merasakan kekerasan dari Abraham,” tandasnya.
Belakangan Erni sudah tidak tahan dengan sikap kasar sang suami.
Jumat (12/7), Abraham menyulutkan puntung rokok ke kepala dan mulut korban Diana sehingga ada luka bakar pada kepala dan wajah korban. Pasca kejadian ini, Erni ke rumah kakaknya Okto Lakusaba di Tabun sekitar 10 kilometer dari tempat tinggalnya mengadukan peristiwa yang dialami anak-anaknya.
Sebelum pergi dari rumah, Erni sempat bertengkar dengan Abraham karena Erni menuntut agar mereka menikah secara sah sehingga tidak menyusahkan anak-anak. Minggu (14/7), Erni dan korban Diana pulang ke rumah. Mereka mendapati Abraham sedang mengasah parang dan mengancam hendak membunuh Erni dan anak-anaknya.
Takut dan kuatir dengan ancaman ini, Erni pun ke Polsek Kupang Barat. Delapan anak yang lain diungsikan ke rumah kerabat karena takut dengan ancaman sang suami.
Dari laporan inilah terungkap adanya aksi kekerasan pelaku terhadap korban dan kakak-kakaknya selama ini. Korban pun menjalani visum dan pemeriksaan di Puskesmas Batakte Kupang Barat.
Kondisi korban sangat memprihatinkan. Selain berat badan yang dibawah normal, korban mengalami luka disekujur tubuh, wajah dan kepala. Kaki kanan dan tangan kanan korban juga patah akibat dianiaya Abraham beberapa hari sebelumnya.
Korban kemudian dievakuasi ke RSUD Kupang guna mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Aparat kepolisian dari Polsek Kupang Barat dipimpin Kanit Reskrim Polsek Kupang Barat, Aiptu Basilio Pereira, SH ke rumah pelaku namun pelaku sudah kabur dan melarikan diri.
Malam hari, pelaku menelepon Erni. Ia mengancam akan membunuh Erni dan anak-anaknya karena sudah melaporkan Abraham ke polisi. Kuatir dengan hal ini, Erni kembali meminta anak-anak untuk tidak kembali lagi ke rumah karena kuatir dengan ancaman pelaku.
“Kita masih mencari pelaku. Pasca kejadian ini pelaku kabur tapi masih mengancam akan membunuh istri dan anak-anaknya,” ujar Waka Polsek Kupang Barat saat ditemui kemarin.
Penyidik unit Reskrim Polsek Kupang Barat sudah memeriksa Erni Lakusaba (ibu korban), Okto Lakusaba (paman korban) dan Ismail Adidores Sabneno (kakak korban).
Ismail Adidores Sabneno (15), siswa kelas 8A SMPN 1 Kupang Barat yang juga kakak korban saat ditemui di Mapolsek Kupang Barat mengaku kalau ayahnya, Abraham Sabneno sudah sering menganiaya mereka.
Pasangan Abraham dan Erni pun diceritakan sering berkelahi dan bertengkar karena masalah sepele.
“Biasanya hanya masalah sepele maka bapa dan mama sudah bertengkar. Kalau kami ada dirumah maka kami bisa tegur dan lerai tapi saat kami ke sekolah itu jadi kesempatan bapa dan mama bertengkar,” tandasnya.
Ismail mengaku kalau saat pulang dari sekolah, ia mendapati rumah dalam keadaan kosong karena adik-adiknya sudah mengungsi di rumah kerabat. Ismail pun tinggal seorang diri dirumah karena ia masih bersekolah. Ia mengaku selama sepekan ini ayahnya belum pulang ke rumah.
Ia mengisahkan kalau awalnya mereka tinggal di Amfoang Kabupaten Kupang kemudian pindah ke Kelurahan Airnona Kecamatan Kota Raja Kota Kupang. Mereka pun pindah ke Oenesu Kabupaten Kupang sejak 2014 menempati lahan kosong sambil menjaga dan mengolah lahan kosong tersebut dengan menanam sayuran.
Sang ibu lah yang bertugas menjual hasil pertanian tersebut ke wilayah lain menggunakan jasa ojek.