6 Kue Ini Sajian Khas Lebaran di Indonesia
digtara.com – Lebaran sudah tiba. Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah ini tak lengkap bila tanpa kehadiran kue-kue lebaran. 6 Kue Ini Sajian Khas Lebaran di Indonesia
Baca Juga:
Maka, banyak rumah tangga sudah menyiapkannya sejak jauh-jauh hari, baik yang membeli jadi atau buat sendiri.
Kue lebaran di Indonesia banyak ragamnya. Tapi, ada beberapa yang selalu ada di setiap rumah warga dari Sabang sampai Merauke.
1. Nastar
Kue ini umumnya berbentuk bulat dengan isian selain nanas. Kehadiran nastar ternyata tak lepas dari masa pendudukan Belanda. Nama nastar merupakan gabungan dua kata yang diambil dari Bahasa Belanda, yaitu ananas atau nanas dan taartjes atau tart. Jadi, nastar merupakan kue tart yang di dalamnya berisi selai nanas.
Mulanya, resep nastar terinspirasi dari olahan pie Belanda yang dibuat dalam loyang besar dan diisi dengan selai yang terbuat apel, blueberi, atau stroberi.
Ketika Belanda datang ke Nusantara dan ingin membuat kue tersebut, mereka mengalami kesulitan dalam mencari buah untuk selai yang tekstur kematangannya mirip layaknya buah yang ada di Belanda.
Kemudian, muncullah ide untuk mengganti buah-buahan itu dengan buah nanas yang banyak ditemui di Indonesia. Buah nanas juga dipilih karena rasanya yang manis dan asam mewaikil cita rasa yang dimiliki buah apel dan stroberi.
Tak hanya isinya saja yang berubah, kini nanas mengalami modifikasi bentuk adonannya yang semula besar menjadi kecil-kecil.
2. Kastengel
Lagi-lagi kue asal negeri kincir angin menginspirasi kue lebaran di Indonesia. Di Belanda, kue kering ini bernama kaasstengels, gabungan dari dua kata yaitu kaas yang berarti keju dan stengels yang berarti batangan.
Kastengel sering juga disebut kue cheese fingers berkat rasa keju dan bentuknya yang memanjang bak jari-jemari. Kue satu ini juga pernah dijadikan sebagai alat tukar di kota Krabbedijke.
Kastengel dapat dibarter dengan barang lainnya karena dianggap sebagai makanan bergengsi yang berasal dari komposisi keju mahalnya.
Pada masa penjajahan Belanda, kue ini biasa disajikan pada rumah-rumah milik pejabat atau pegawai Belanda yang menikahi perempuan pribumi. Dari situlah, akhirnya terjadi akulturasi kuliner yang tersimpan baik sampai sekarang dikenal menjadi kastengel.