Proyek Irigasi Rp 2,3 Miliar Mangkrak, Persawahan di Sidimpuan jadi Sarang Babi Hutan
digtara.com -Areal persawahan di sejumlah desa di Kecamatan Batu Nadua, Kota Padangsidimpuan terpaksa beralih fungsi menjadi semak belukar dikarenakan rusaknya Jaringan Daerah Irigasi (DI) Ujung Gurap yang selama ini mengaliri lahan pertanian warga, Selasa (04/02/2025).
Baca Juga:
- Diduga Ada Gratifikasi dan Tidak Sesuai Spek, Kejari, Polres Binjai Hingga Kejatisu Diminta Usut 12 Proyek Kontruksi di Binjai Gunakan DBH
- Gawat! Proyek Saluran Drainase Milik PUPR Tebingtinggi Amburadul, Kerja Belum Selesai Uang Sudah Dibayarkan
- R-APBD Sidimpuan Akan Telan Rp.343 Miliar Untuk Belanja Barang. Kok Bisa? Apa Karena Lebih Cepat Cair Atau Adakah "Can" 2025? Mari Kita Bahas
Sehingga akibat kerusakan irigasi tersebut, pasokan air untuk pertanian putus total yang selama ini mengaliri persawahan warga seluas 400 hektar dari 7 desa yakni Desa Baruas, Siloting, Aek tuhul, Pudun Julu, Ujung Gurap, Purwodadi dan Gunung Hasahatan.
Akibatnya, kini para petani hanya bisa pasrah dan mengandalkan air hujan untuk kebutuhan pertanian termasuk persawahan.
Pantauan media, sebagian lahan persawahan yang dulunya hijau dan menjadi lumbung beras Kota Padangsidimpuan kini berubah fungsi dan menjadi semak belukar.
Salah seorang petani di Saba Losung, Dusun II, LIngkungan Dua, Desa Ujung Gurap mengungkapkan bahwa areal sawahnya terpaksa ditidurkan.
"Lahan persawahan kami kesulitan air. Biasanya sawah kami pesokan airnya bersumber dari irigasi Ujung Gurap itu. Tapi sampe sekarang tak jua selesai yang kabarnya sudah ditangani pemerintah" Kata warga.
Kini sawah warga menjadi Ilalang.
"Terpaksalah sawah ini dibiarkan begitu saja ditumbuhi ilalang bahkan menjadi areal babi hutan. Karena kalau kami paksakanpun untuk menabur benih padi ditengahnya kurangnya pasokan air dan mengandalkan air hujan, maka resikonya bisa gagal panen. Ginilah nasib kita rakyat kecil ini" ucapnya.
Proyek Irigasi "Mangkrak"
Diketahui, Proyek Rehabilitasi Daerah Irigasi (DI) Ujung Gurap yang dikerjakan Pemprov Sumut atau UPTD PUPR Padangsidimpuan bernilai Rp.2.324.366.000,- dari P-APBD 2024 ternyata mangkrak dan ditinggalkan begitu saja.
Dimana proyek sepanjang 77 meter yang dikerjakan dari 22 November dan seharusnya sudah selesai 30 Desember.
Akan tetapi harapan petani akan tuntasnya krisis air pertanian warga ternyata jauh panggang dari api.
Dilokasi, tampak puing dan besi cor ditinggal begitu saja dan diperkirakan hanya selesai 30% progres dan dipastikan air tidak mengalir dari sungai Batang Ayumi (hulu) di Kelurahan Batu Nadua Julu.
Saat dikonfirmasi terkait alasan terbengkalainya irigasi tersebut, Kepala UPTD PUPR Sumut Wil. Padangsidimpuan, Daksur Poso Alisahbana Hasibuan belum memberikan keterangan dan jawaban.