Kamis, 21 November 2024

Pasca Ruang Kelas Diobrak-abrik Pria Bertopeng, Ratusan Siswa Mulai Ujian

Imanuel Lodja - Senin, 20 September 2021 02:52 WIB
Pasca Ruang Kelas Diobrak-abrik Pria Bertopeng, Ratusan Siswa Mulai Ujian

digtara.com – Para siswa SD dan SMP Satu Atap Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang mulai beraktivitas pasca 5 ruang kelas diobrak-abrik sejumlah orang tak dikenal (OTK) yang menggunakan topeng atau penutup wajah. Senin (20/9/2021), ratusan siswa mulai melakukan mengikuti sekolah tatap muka dan ujian tengah semester.

Baca Juga:

Ujian digelar setelah pada sabtu (18/9/2021) lalu, pihak Polsek Kupang Tengah membuka garis polisi dan mengizinkan sekolah membersihkan dan merapikan ruangan kelas yang sempat hancur dirusak OTK.

“Polisi sudah izinkan kami bersihkan ruangan sehingga sekarang anak-anak bisa ikut ujian sekolah,” ujar kepala sekolah Feredich Hetmina, SPd yang dikonfirmasi Senin (20/9/2021).

Sebelumnya, ratusan siswa terpaksa diliburkan. Keputusan ini terpaksa diambil pihak sekolah karena isi ruang kelas masih berantakan dan masih adanya garis polisi yang dipasang sejak Jumat (17/9/2021) malam.

Kepala Sekolah Feredich Hetmina, SPd mengaku mengetahui sekolah tersebut dirusak OTK pada Kamis (16/9/2021) sore.

“Tapi karena ada acara pemakaman kerabat yang meninggal dilanjutkan dengan acara keluarga maka saya baru bisa ke sekolah pada malam hari setelah ada kerabat rekan guru yang memberitahu saya,” ujarnya, Sabtu (18/9/2021).

Saat datang, ia memeriksa sejumlah ruangan kelas dan melihat kondisi ruangan yang berantakan.

Kepala sekolah menelepon bhabinkamtibmas, namun karena sudah malam maka pihaknya pulang dan meminta penjaga sekolah untuk mengontrol lingkungan sekolah.

Kepala sekolah mengaku sudah diperiksa penyidik Polsek Kupang Tengah sejak Jumat (17/9/2021) hingga Sabtu (18/9/2021) dinihari sekitar pukul 03.30 wita.

Pada Sabtu (18/9/2021), kepala sekolah langsung menggelar rapat dengan para guru. Ia pun mengambil kebijakan meliburkan siswa padahal proses pembelajaran tatap muka terbatas baru digelar satu pekan ini.

“Ada 5 ruangan kelas yang berantakan yakni ruangan kelas I, II, III, VII dan IX. Kami terpaksa pulangkan anak-anak karena tidak bisa menggelar pembelajaran tatap muka terbatas dengan kondisi seperti ini,” ujarnya.

Feredich membantah soal adanya persoalan internal di sekolah sebagai pemicu kejadian ini.

“Dugaan hutang foto copy dan buku sudah kami lunasi. Saya sudah bayar hutang foto copy dan bendahara sudah bayar biaya buku,” ujarnya.

Ia juga menegaskan kalau dana BOS pun dikelola atas sepengetahuan komite sekolah.

“Pencairan dana dan pertanggungjawaban atas sepengetahuan ketua komite sekolah, Lewi Riwu Rohi yang juga mantan kepala sekolah,” ujarnya.

Sekretaris Desa Kuaklao, Simson Yunedi Tanu yang rumahnya tidak jauh dari sekolah tersebut menjelaskan, saat kejadian pada Kamis sore, kampung mereka sepi. Saat itu warga mengikuti ibadah pemakaman di kampung tetangga.

Pelaku 2 Orang Bertopeng

Namun dari cerita anak-anak di sekitar TKP, mereka melihat sebuah mobil parkir di depan sekolah. Setelah itu dua orang turun memakai pakaian serba hitam serta bertopeng dan menanyakan kepada anak-anak, apakah benar yang mereka tuju SD GMIT Oehani.

Setelah mendapat jawaban yang benar, kedua orang tersebut berjalan masuk ke dalam sekolah, lalu merusak fasilitas di dalam kelas.

“Kejadian sekitar jam 2 lewat atau jam 3 lewat. Kami pulang dari ibadah pemakaman baru anak-anak cerita. Katanya dua orang pake topeng dan masuk kasi rusak meja kursi di dalam kelas, anak-anak hanya dengar bunyi dari luar,” jelasnya, Sabtu (18/9/2021).

Menurut Simson, saat kejadian seluruh siswa sudah pulang ke rumah masing-masing karena pemberlakuan sekolah tatap muka terbatas. Sebelum kejadian ada juga kegiatan dari sebuah LSM di sekolah tersebut, namun telah selesai.

“Tetangga yang dekat sekolah waktu itu tidak ikutan ibadah pemakaman di desa sebelah jadi dia dengar, ada yang banting-banting barang dalam sekolah. Tapi dia berpikir bahwa itu mungkin anak-anak yang sedang bermain di kompleks sekolah,” ungkapnya melalui whatsapp.

Simson berharap warga polisi bisa menangani kasus ini dengan cepat sehingga tidak sampai menimbulkan kecurigaan antar warga.

“Kami berharap polisi menangani persoalan ini sehingga menjadi terang, jangan sampai ada dari pihak sekolah sendiri yang bermasalah dengan pihak luar, atau seperti apa kami kurang tau juga. Tapi ini kan salah karena mereka merusak fasilitas umum, apalagi fasilitas pendidikan,” pungkasnya.

ratusan siswa ujian ratusan siswa ujian

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Imanuel Lodja
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru