Pemko Siantar Unjuk Kerajinan Ulos Jelang Penutupan ICE di Padang
digtara.com – Kerajinan Ulos dikenal sebagai kain khas dari suku di Sumatera Utara yakni Batak, Kain ini kerap digunakan pada upacara adat.
Baca Juga:
Pada awalnya kain ulos digunakan sebagai pakaian sehari-hari masyarakat Batak. Selain dipakai untuk pengganti baju maupun sarung, ulos juga dipakai sebagai penutup kepala, hingga selendang.
Produk andalan yang dipamerkan Pemko Siantar dalam Indonesia City Expo (ICE) seperti kerajinan ulos, tenun sirat, songket, sarung tisu, becak Siantar, dan lain sebagainya.
Pameran ini bagian dari Rakernas Apeksi itu digelar di RTH Imam Bonjol Padang.
Baca: Jatuh Usai Elakkan Anjing, Pengendara Motor di Pematangsiantar Tewas Disambar Mobil, Pelaku Kabur
“Biasanya orang Batak setiap pesta adat memakai ulos, tadi ada pembeli dari berbagai daerah membeli ulos sepasang, karena terlalu banyaknya pengunjung, ibuk lupa daerah mana yang membeli ulos,” ungkap Nurli (58 tahun) ditemui pada Rabu, (9/8/2022).
Menurut keterangan Ibuk Nurli proses pembuatan ulos itu dirajut seperti songket, kemudian dikanji atau dipress hingga bahannya menjadi keras, tujuannya agar ketika dipakai oleh pejabat kota ulos ini tidak kusut
“Kerajinan Ulos ini sering dipakai orang Batak untuk acara pesta adat, sedangkan sirat digunakan ketika acara sakral seperti: memberangkatkan orang tua, atau dalam acara pernikahan, pengantinnya memakai sirat,” ungkap Nurli.
Bukan tenun sembarang tenun, tenun ini adalah tenun sirat, ukuran dan coraknya yang beraneka ragam, membuat salah satu produk unggulan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara ini lekas go-international.
“Sirat dan ulos diproduksi di Siantar, sirat termasuk usaha rumahan yang dalam pembuatannya tidak lama, sebab sirat sudah lumrah dibuat oleh remaja Siantar, memakai benang wol biasa,” ungkap Nurli.
“Sirat yang digunakan pengantin namanya sortale, jika orang yang mengadakan acara adat terbilang mampu, ikat kepala yang digunakan pegantin memakai kain merah berserta bros emas ditempel sekeliling kepala pengantin,” ungkapnya.
Begitu legendarisnya tenun sirat Tobasa, rasanya belum afdol mengunjungi Danau Toba.
Kalau tidak membeli tenun sirat dari para pengrajin lokal di sana, yang lazim dibeli turis baik turis lokal maupun turis manca negara adalah tenunnan ikat kepala atau sortale.
“Di Danau Toba, Prapat banyak orang yang menjual sirat, dan paling laris bule bule pada beli. Harganya kisaran Rp.100.000, kalau dalam pameran ini harga siratnya Rp 35.000,” ungkap Nurli
Kaum hawa lebih suka membeli fashion scarf, berbentuk stola atau syal. Selain bisa dililitkan di leher, bisa juga dipakai sebagai pengikat kepala.
Ada juga tenun untuk diikatkan di tangan, di pinggang, dan lain-lain manfaat sesuai kebutuhan.
“Sirat ini kalau di suku Batak tidak ada hal mistisnya, boleh dipakai untuk sehari hari (softenir). Namun, berbeda dengan sortale memang boleh dipakai ketika acara sakral saja seperti acara adat” ungkapnya.
Salain ulos dan sirat menarik minat pengunjung, Pemko Siantar juga memamerkan miniatur becak Siantar, yang dimana becak tersebut merupakan ikon dari Kota Siantar.
“Becak merupakan ikon Kota Siantar, becak ini memiliki keunikan tersendiri, becak Siantar ini menarik karena sepeda motor yang digunakan model sepeda motor harley pada zaman belanda, becak Siantar itu memiliki tempat duduk yang empuk sehingga sewa nyaman di dalam becak,” ungkap Nurli.
“Miniatur becak Siantar ini sudah Go Internasional, produk Ukm becak Siantar ini sudah sampai di Amerika, dan Inggris.” ungkapnya.
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Pemko Siantar Unjuk Kerajinan Ulos Jelang Penutupan ICE di Padang