Politisi Gerindra Asal NTT Dukung Penuh Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Sobe Sonbai III
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Perjuangan para pendahulu pun tidak bisa dianggap remeh karena dari perjuangan para pendahulu lah, generasi masa kini bisa merasakan kemerdekaan.
Baca Juga:
Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki sejumlah pendahulu yang sangat berjasa untuk kemerdekaan RI saat melawan penjajah.
Raja Sonbai III merupakan salah satu tokoh penting dari provinsi NTT dalam merebut kemerdekaan RI.
Dari sejumlah sumber yang diperoleh menyebutkan kalau hingga akhir hidupnya, Raja Sonbai III yang dikenal sangat gigih dan pantang menyerah tidak pernah tunduk pada pemerintahan Belanda saat menjadi penjajah bagi Indonesia.
Raja Sonbai III pun diusulkan mendapatkan gelar pahlawan nasional. Dukungan penuh datang dari politisi Partai Gerindra asal NTT, Anita Nidya Mahenu.
Anita Nidya Mahenu yang saat ini merupakan calon anggota DPR RI dari Dapil NTT II mengatakan, Sobe Sonbai III adalah seorang raja Timor yang sangat berpengaruh.
Raja Sonbai III berkedudukan sebagai Kaisar di Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki di kecamatan Fatuleu sekarang.
Hingga akhir hayatnya Raja Sobe Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Anita yang saat ini tinggal di Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat mengisahkan soal kepahlawanan Raja Sonbai III dan perjuangan masyarakat NTT selama masa penjajahan Belanda merupakan sejarah yang sangat panjang, berlangsung hingga tiga generasi.
"Prinsip dan tekad raja Sonbai III sangat kuat untuk melindungi masyarakat Timor dari tekanan dan ancaman Belanda," ujar Anita, Sabtu (10/2/2024) malam.
Dengan berbagai cara, Belanda akhirnya menangkap Raja Sonbai III.
Saat itu, Belanda mengirimkan tentaranya guna menaklukkan Raja Sonbai III hingga adanya pertempuran hebat di Benteng Fatusiki.
Raja Sonbai III kemudian diasingkan ke Pulau Sumba. Walaupun diasingkan hingga ke luar pulau, Raja Sonbai III tidak pernah mau menyerah kepada Belanda.
"Saat perang mempertahankan benteng Fatusiki, Belanda menggunakan senjata modern dan memenangkan peperangan," ujar Anita yang maju dari Dapil wilayah Timor, Sumba, Rote Ndao dan Sabu Raijua.