Jumat, 22 November 2024

Politisi Gerindra Asal NTT Dukung Penuh Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Sobe Sonbai III

Imanuel Lodja - Sabtu, 10 Februari 2024 20:36 WIB
Politisi Gerindra Asal NTT Dukung Penuh Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Sobe Sonbai III
istimewa
Politisi Gerindra Asal NTT Dukung Penuh Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Raja Sobe Sonbai III
digtara.com -Perjuangan kemerdekaan tidak lepas dari perjuangan para pendahulu yang merupakan pahlawan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Perjuangan para pendahulu pun tidak bisa dianggap remeh karena dari perjuangan para pendahulu lah, generasi masa kini bisa merasakan kemerdekaan.

Baca Juga:

Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki sejumlah pendahulu yang sangat berjasa untuk kemerdekaan RI saat melawan penjajah.

Raja Sonbai III merupakan salah satu tokoh penting dari provinsi NTT dalam merebut kemerdekaan RI.

Dari sejumlah sumber yang diperoleh menyebutkan kalau hingga akhir hidupnya, Raja Sonbai III yang dikenal sangat gigih dan pantang menyerah tidak pernah tunduk pada pemerintahan Belanda saat menjadi penjajah bagi Indonesia.

Raja Sonbai III pun diusulkan mendapatkan gelar pahlawan nasional. Dukungan penuh datang dari politisi Partai Gerindra asal NTT, Anita Nidya Mahenu.

Anita Nidya Mahenu yang saat ini merupakan calon anggota DPR RI dari Dapil NTT II mengatakan, Sobe Sonbai III adalah seorang raja Timor yang sangat berpengaruh.

Raja Sonbai III berkedudukan sebagai Kaisar di Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki di kecamatan Fatuleu sekarang.

Hingga akhir hayatnya Raja Sobe Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Anita yang saat ini tinggal di Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat mengisahkan soal kepahlawanan Raja Sonbai III dan perjuangan masyarakat NTT selama masa penjajahan Belanda merupakan sejarah yang sangat panjang, berlangsung hingga tiga generasi.

"Prinsip dan tekad raja Sonbai III sangat kuat untuk melindungi masyarakat Timor dari tekanan dan ancaman Belanda," ujar Anita, Sabtu (10/2/2024) malam.

Dengan berbagai cara, Belanda akhirnya menangkap Raja Sonbai III.

Saat itu, Belanda mengirimkan tentaranya guna menaklukkan Raja Sonbai III hingga adanya pertempuran hebat di Benteng Fatusiki.

Raja Sonbai III kemudian diasingkan ke Pulau Sumba. Walaupun diasingkan hingga ke luar pulau, Raja Sonbai III tidak pernah mau menyerah kepada Belanda.

"Saat perang mempertahankan benteng Fatusiki, Belanda menggunakan senjata modern dan memenangkan peperangan," ujar Anita yang maju dari Dapil wilayah Timor, Sumba, Rote Ndao dan Sabu Raijua.

Selama berada di pengasingan, masyarakat Sumba membantu dan merawat raja Sonbai III.

"Dari perjuangan dan pengorbanan Raja Sonbai III dalam melindungi masyarakat Timor dari kekejaman Belanda hingga harus mengorbankan diri sendiri, maka sudah selayaknya raja Sonbai III pantas dan berhak untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional," ujar Anita.

Saat di pengasingan, Raja Sonbai III sempat pergi dari daerah pengasingan, namun ditangkap kembali oleh Belanda dan ditawan di Kupang hingga mangkat.

Jenazah Raja Sonbai III pun dimakamkan di Kupang, namun lokasi makamnya disembunyikan oleh Belanda agar meredam semangat perjuangan rakyat.

Perjuangan sang raja ini lah yang mendorong Anita, politisi Partai Gerindra ini untuk mendukung penuh dan memperjuangkan gelar pahlawan nasional bagi raja Sonbai III.

"Sosok (Raja Sonbai III) ini sangat layak menjadi pahlawan nasional dari Nusa Tenggara Timur," sambung Anita.

Ia pun siap memperjuangkan proses pemberian gelar pahlawan nasional ini kepada Raja Sonbai III.

"Saya Anita Nidya Mahenu mendukung penuh pemberian gelar pahlawan nasional kepada raja Sonbai III karena itu sangat layak dan harus diberikan," tandasnya.

Pemkot Kupang sendiri sudah memperjuangkan status Raja Sobe Sonbai III sebagai Pahlawan Nasional.

Hal itu didasari atas kegigihan Raja Sobe Sonbai III dalam memerangi dan penjajah Belanda.

Dari berbagai sumber yang diperoleh, rakyat Sonbai merupakan masyarakat NTT yang berada dalam naungan Dinasti Sonbai yang merupakan salah satu dari banyak kerajaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada abad ke-18 masehi.

Saat adanya tekanan dan dominasi pemerintah kolonial untuk menguasai wilayah-wilayah Indonesia, khususnya di NTT, Sonbai adalah salah satu dinasti yang paling keras melawan.

Perlawanan Dinasti Sonbai pun berlangsung selama tiga generasi raja.

Di antara raja-raja Sonbai yang keras menolak tunduk kepada Belanda adalah Raja Sonbai I, Sobe Sonbai II, dan Sobe Sonbai III.

Perlawanan Sonbai I Pada dasarnya,

Dinasti Sonbai telah menentang Belanda jauh sebelum adanya perlawanan masyarakat Lidak, Belu.

Dinasti Sonbai telah menentang upaya ikut campur tangan Belanda terhadap wilayah NTT sejak tahun 1700-an di bawah kekuasaan Raja Sonbai I.

Raja Sonbai I bahkan menolak menandatangani perjanjian kerja sama dengan Belanda hingga Belanda menganggap Dinasti Sonbai di bawah kekuasaan Raja Sonbai I, menjadi tantangan besar.

Salah satu cara yang dilakukan Belanda untuk meredam perlawanan Dinasti Sonbai adalah dengan menangkap sang raja.

Ia kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal pada 1785. Dinasti Sonbai terus melakukan perlawanan kian keras terhadap Belanda. Perlawanan dilanjutkan Sobe Sonbai II menentang Belanda.

Belanda kemudian melakukan sistem pecah belah dan menghasut kerajaan-kerajaan kecil di bawah naungan Dinasti Sonbai agar memisahkan diri sehingga Belanda lebih mudah menyerang Dinasti Sonbai.

Politik pecah belah berjalan cukup lancar sehingga beberapa kerajaan kecil di bawah Dinasti Sonbai berangsur memisahkan diri.

Kerajaan kecil Kono dan Oematan terhasut oleh taktik Belanda yang membuat mereka memberontak terhadap Sonbai yang dikenal dengan perang Bijili tahun 1823.

Kerajaaan lain seperti Amfoang, Pitai, Takaeb, ikut memisahkan diri dari Dinasti Sonbai dan sesegera mungkin diakui kedaulatannya oleh Belanda.

Perlawanan Sobe Sonbai III Pada masa kekuasan Sobe Sonbai III juga terus dilakukan. Salah satunya dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan yakni Benteng Ektob di Desa Benu dan dijaga oleh O'neno dan Tean Suan.

Kemudian Benteng Kabun di Desa Fatukona dan dijaga oleh Meo Kusi Nakbena dan Beu Ebnani serta Benteng Fatusiki, di Desa Oelnaineno dan dijaga oleh Meo Totosmaut.

Belanda kemudian menaklukan Sonbai yang menentang sejak tahun 1700-an. Sobe Sonbai III berhasil dikelabui dan ditangkap Belanda pada 1906. Raja Sobe Sonbai III kemudian dibuang ke Sumba, beberapa lama kemudian dibawa kembali ke Kupang, dan meninggal pada 1923.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Bobol Rumah Warga, Tiga Pria di Manggarai Barat Dibekuk Polisi

Bobol Rumah Warga, Tiga Pria di Manggarai Barat Dibekuk Polisi

Pria Berpakaian Ojol Ditemukan Tewas

Pria Berpakaian Ojol Ditemukan Tewas

Anak-Anak Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi di Posko Pengungsian Konga Diberi Trauma Healing

Anak-Anak Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi di Posko Pengungsian Konga Diberi Trauma Healing

Keluarga Tolak Autopsi Jenazah Siswa SMK Tewas Diduga Konsumsi Minuman Power F, Polisi Tetap Lakukan Penyelidikan

Keluarga Tolak Autopsi Jenazah Siswa SMK Tewas Diduga Konsumsi Minuman Power F, Polisi Tetap Lakukan Penyelidikan

Siswa SMK di Soe Diduga Meninggal Pasca Konsumsi Minuman Power F

Siswa SMK di Soe Diduga Meninggal Pasca Konsumsi Minuman Power F

Mantap! 10 Anggota Polres Alor Dapat Penghargaan dari Kapolres

Mantap! 10 Anggota Polres Alor Dapat Penghargaan dari Kapolres

Komentar
Berita Terbaru