Dapat Kesempatan Ikut Tes Polri, Pemuda Asal Mutis Asah Kemampuan Secara Mandiri
digtara.com - Methosius Fallo (19), menjadi salah satu calon siswa (Casis) Bintara Polri TA 2024 yang hingga saat ini masih mengikuti tahapan seleksi.
Baca Juga:
Jebolan SMK Karya Kupang tahun 2023 ini merupakan peserta jalur Rekrutmen Proaktif (Rekpro).
Methosius merupakan anak ketiga dari pasangan Eusabius Fallo (52) dan Gracian Tanesi (50).
Kedua orang tua dan kakaknya tinggal di Kampung Kabis, Desa Naekake B, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT.
Mutis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten TTU yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Miomaffo Barat.
Wilayah Kecamatan Mutis berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dengan luas 90,50 kilometer persegi.
Ayah dari Methosius, Eusabius Fallo menderita sakit lumpuh sejak belasan tahun lalu ketika Methosius masih di bangku sekolah dasar.
Peran ayah digantikan oleh sang ibu Gracian Tanesi menjadi petani lahan kering untuk bercocok tanam padi dan lombok/cabe.
Di lahan kering tersebut, mereka menggantungkan hidup mereka. Lombok dipanen per minggu dan langsung dijemput oleh pembeli.
Sementara padi ditanam khusus untuk keberlangsungan hidup sehari-hari.
Bersama dua orang kakaknya, Darius Fallo dan Edita Fallo, mereka membantu pekerjaan sang ibu guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Darius sendiri membuka bengkel di depan rumah orang tuanya. Sementara istrinya mengajar di SMP Talo'i.
Kakak keduanya Edita Fallo menderita sakit epilepsi sehingga putus sekolah sejak SMP. Edita tinggal bersama kedua orang tuanya dan membantu pekerjaan di sawah.
"Ayah saya sakit lumpuh sejak 15 tahun lalu dan tidak bisa beraktivitas seperti orang sehat pada umumnya," ujarnya ketika menceritakan kondisi keluarganya.
Ia bersyukur mendapatkan informasi dari Biro SDM Polda tentang rekrutmen proaktif penerimaan bintara Polri.
Methosius pun mendaftarkan diri di Polres TTU. Untuk ke Polres, ia harus menempuh perjalanan ratusan kilometer atau selama 3 jam.
Namun jarak tersebut bukan kendala bagi Methosius. Ia tidak ingin membuang kesempatan emas ini.
Setelah dinyatakan lulus seleksi administrasi, Methosius kemudian mencari bahan belajar di internet.
Ia meminta bantuan ibunya mengisi pulsa data dan mulai menjelajah internet mencari bahan ujian psikologi dan ujian akademik tes masuk bintara Polri.
Usahanya tidak sia-sia karena seluruh tahapan bisa dilalui dengan hasil maksimal.
Latihan olahraga dan belajar dilakukan secara mandiri. Sejumlah kekurangan diupayakan untuk dilalui sehingga bisa mengikuti tahapan seleksi hingga wawancara PMK dan psikologi.
Methosius berterima kasih kepada Kapolda NTT, Karo SDM dan jajaran yang bisa mensosialisasikan kesempatan menjadi anggota Polri hingga wilayah perbatasan sehingga putra-putri dari wilayah perbatasan NKRI-Timor Leste pun mendapat kesempatan yang sama.
"Kami bersyukur dan berterima kasih kepada Kapolda NTT dan jajaran sehingga kami anak-anak di wilayah batas juga mendapat kesempatan mengikuti seleksi bintara Polri," ujarnya.
Ia pun memiliki harapan yang besar agar perjuangannya tidak sia-sia dan kedepan bisa diakomodir menjadi bagian dari Polri mengamankan wilayah perbatasan NKRI.
Ia juga tidak akan menolak jika lulus menjadi anggota Polri kemudian ditempatkan di wilayah perbatasan karena menurutnya wilayah batas harus mendapat perhatian lebih agar menekan angka kriminalitas dan gangguan keamanan.