Kamis, 19 September 2024

WHDI NTT Peduli Stunting Melalui Workshop dan Pembuatan MPASI bagi Balita

Imanuel Lodja - Sabtu, 14 September 2024 11:15 WIB
WHDI NTT Peduli Stunting Melalui Workshop dan Pembuatan MPASI bagi Balita
istimewa
WHDI NTT Peduli Stunting Melalui Workshop dan Pembuatan MPASI bagi Balita

digtara.com - Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) provinsi NTT peduli akan angka stunting di wilayah NTT.

Baca Juga:

Angka stunting di NTT menempati urutan pertama di Indonesia. Sesuai hasil survei tahun 2023, Provinsi NTT menduduki peringkat tertinggi 37,9 persen persen dengan prevalensi terbanyak di Kabupatem TTS 50,1 persen, Belu 48,1 persen, Malaka 47,7, Sumba Barat Daya 44,3 persen, Sumba Barat 42,5 persen, Manggarai Timur 43,7 persen, TTU 42,7 persen, Rote Ndao 39,8 persen, Alor 39,3 persen serta Kabupaten Kupang 38,4 persen.

WHDI NTT pun menggagas partisipasi WHDI NTT melalui workshop peningkatan kapasitas kemampuan wanita Hindu dan lembaga lainnya dalam pencegahan stunting pada Sabtu (14/9/2024) di Hotel On The Rock Kupang.

Workshop yang diikuti 70 orang peserta ini mengusung tema "Cegah stunting dengan nutrisi yang tepat".

Selain workshop juga dirangkai dengan praktek pembuatan nutrisi dan MPASI.

Workshop diiisi dengan berbagai materi antara lain strategi pencegahan dan penanganan stunting pada balita, remaja, ibu hamil serta ibu menyusui melalui pendekatan meluarga oleh drg Iien Andriany M.Kes (Kadis Kesehatan NTT)

Pencegahan dan penanganan stunting pada ibu hamil dan balita dari sudut pandang agama Hindu oleh dr Dewa Putu Sahadewa, SpOG (PHDI NTT).

Selain itu peserta juga mendapatkan materi pemantauan tumbuh kembang bayi balita sebagai salah satu cara deteksi dini potensi stunting oleh dr Simplicia M. Angrahini, SpA serta materi soal nutrisi yang tepat pada remaja, ibu hamil, ibu menyusui dam balita untuk mencegah stunting oleh dr Salmawati Maryati, SpGK, AIFO-K.

Diakhir kegiatan, para peserta mendapatkan materi mengenai pembuatan MPASI menggunakan bahan pangan lokal untuk mencegah stunting (teori dan praktek) Yeny S. Haning, SST MKM.

Ketua panitia Workshop, Dr Anak Agung Sagung Rai Mahadewi menyebutkan kalau stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurang gizi sehingga tinggi badan terhambat.

Hal ini mengganggu perkembangan otak yang berdampak pada perkembangan kognitif anak.

Disebutkan kalau tingginya stunting karena pola asuh anak serta MPASI belum dipahami dengan baik.

Keluarga, tandasnya mempunyai peranan penting dalam pengasuhan anak dan balita sehingga perempuan perlu diberi pengetahuan yang memadai.

Dalam kaitan dengan itu, WHDI NTT mensinergikan gerak secara sistematis untuk ikut berpartisipasi menekan angka stunting di NTT.

Workshop selama sehari digelar untuk meningkatkan kapasitas wanita Hindu dan lembaga lain dalam pencegahan stunting.

Diharapkan melalui kegiatan workshop, peserta bisa mendapatkan pemahaman dan upaya pencegahan serta mampu membuat nutrisi dan bisa membuat MPASI yang tepat

Kegiatan ini diikuti 70 peserta dari 7 kabupaten yang kasus stuntingnya tinggi yakni Kabupaten TTS, TTU, Rote Ndao, Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang yakni PHDI, WHDI, Peradah, KMHDI serta ibu hamil dengan kondisi kekurangan gizi kronis dan ibu yang memiliki bayi stunting.

Ketua WHDI, dr Ayu Suswati pada kesempatan tersebut mengakui kalau WHDI terpanggil karena WHDI tidak bisa tutup mata dengan kondisi stunting di NTT.

"WHDI NTT mengambil bagian dalam pencegahan masalah stunting karena masalah stunting harus ditangani secara bersama," ujar dr Ayu.

Sementara Bimas Hindu Kemenag NTT, I Wayan Budiadnya mengatakan bahwa workshop merupakan bagian dari peran serta umat Hindu di NTT untuk menyukseskan program di NTT.

Pihaknya berharap ada kerjasama dan kolaborasi untuk pencegahan stunting. "Mari kita bergerak bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh WHDI sangat bermanfaat karena selain teori ada praktek dengan harapan stunting di NTT bisa diturunkan," ujarnya.

Kepala Biro Pemerintahan Setda NTT, Doris A. Rihi saat membuka kegiatan Workshop mengatakan stunting merupakan tugas, tanggungjawab dan kepedulian semua pihak dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Kegiatan penurunan masalah stunting perlu sinergitas dan kolaborasi agar mencapai tujuan yang baik.

Ia mengapresiasi karena WHDI mau bersama pemerintah melakukan gerakan penurunan stunting karena isu stunting sudah jadi target pembangunan nasional.

Diakui pula kalau di NTT prevalensi stunting adalah 37 persen. Hal ini menjadi tanggungjawab semua pihak untuk penurunan stunting.

"Bukan saja tugas pemerintah tapi perlu sinergitas," ujarnya.

Ia menyebutkan kalau Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya mencegah stunting melalui berbagai instansi terkait.

Pemprov NTT berterima kasih kepada WHDI NTT yang telah menyiapkan workshop yang berdampak positif. "Mari terus bersinergi dan berkolaborasi dalam menangani masalah stunting," ujarnya.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Kapolda Beri Penghargaan bagi Penyidik yang Tangani TPPO, Tipikor dan Narkoba

Kapolda Beri Penghargaan bagi Penyidik yang Tangani TPPO, Tipikor dan Narkoba

Terungkap, Alfonso Aniaya Korban Secara Sadis hingga Tewas

Terungkap, Alfonso Aniaya Korban Secara Sadis hingga Tewas

Coba Perkosa dan Aniaya Siswi SMA, Buruh di Kabupaten TTU-NTT Diamankan Polisi

Coba Perkosa dan Aniaya Siswi SMA, Buruh di Kabupaten TTU-NTT Diamankan Polisi

ODGJ Pembunuh Warga di Kupang Diamankan di Amarasi

ODGJ Pembunuh Warga di Kupang Diamankan di Amarasi

Polda NTT Kirim 57 Bintara Tinggi Ikut Pendidikan Alih Golongan TA 2024

Polda NTT Kirim 57 Bintara Tinggi Ikut Pendidikan Alih Golongan TA 2024

Direktur Intelkam Polda NTT Silahturahmi dengan Kelompok Cipayung Kota Kupang

Direktur Intelkam Polda NTT Silahturahmi dengan Kelompok Cipayung Kota Kupang

Komentar
Berita Terbaru