Gandeng Sejumlah Pihak di Kupang, ICW Luncurkan Album Antikorupsi "Menenun Suara Timur"
digtara.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) bekerjasama dengan sejumlah pihak seperti USAID Integritas, LBH Apik, dan sejumlah musisi meluncurkan album Artcollabs Frekuensi Perangkap Tikus bertajuk Menenun Suara Timur.
Baca Juga:
Peluncuran akan dilangsungkan pada Sabtu, 14 Desember 2024, di Auditorium Universitas Nusa Cendana, Kota Kupang, NTT.
Kegiatan ini dilakukan ICW dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Sedunia 2024.
Album yang diluncurkan ini merupakan hasil kolaborasi ICW dengan Robi dari Navicula serta tiga musisi asal NTT, yaitu Hip Hop Lembata Foundation (HLF), Leis Plang, dan Marapu.
Ketiga musisi ini mewakili genre musik hip-hop, musik tradisional, dan reggae yang kaya akan nuansa lokal.
Kolaborasi ini dilakukan sebagai medium kampanye kreatif untuk mengangkat isu korupsi yang terjadi di lima wilayah NTT, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Nagakeo, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Album Menenun Suara Timur lahir dari hasil residensi para musisi di lima wilayah tersebut.
Selama residensi, mereka berdiskusi dengan warga, mendalami cerita, dan memahami langsung berbagai persoalan yang berkaitan dengan praktik korupsi di daerah.
Pengalaman ini kemudian diolah menjadi lagu-lagu yang sarat pesan sosial dan kritis terhadap berbagai bentuk penyimpangan.
"NTT memiliki budaya bermusik yang sangat kuat, dan ini menjadi alasan kami memilih pendekatan seni dalam kampanye antikorupsi di sini," ujar Sigit Wijaya, Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW didampingi Tibiko Z, Kamis (12/12/2024).
Menurutnya, musik adalah media yang efektif untuk menyampaikan pesan kritis sekaligus membangun kesadaran masyarakat.
Sebelum peluncuran album, ICW telah mempersiapkan berbagai kegiatan pendukung, termasuk pembagian album secara gratis di titik-titik keramaian di Kupang.
Ada pula promosi melalui siniar dan media lokal. Kemudian deklarasi antikorupsi bersama Inspektorat NTT serta diskusi dengan komunitas lokal dan organisasi pemuda.
ICW berharap keterlibatan aktif komunitas lokal dapat memastikan pesan antikorupsi menjangkau lebih banyak orang, khususnya di NTT.
Peluncuran album ini bukan sekadar perayaan seni, tetapi juga bentuk advokasi untuk memberdayakan masyarakat dalam melawan korupsi.
"Di tengah kondisi pemberantasan korupsi yang menghadapi banyak tantangan, peran publik sangat penting untuk mengisi kekosongan itu. Musik dan seni menjadi cara untuk memperkuat kesadaran dan kontrol publik," tambah Sigit.
Melalui album ini, ICW mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memperjuangkan pemberantasan korupsi dan membangun masa depan yang lebih transparan dan berkeadilan.