Dari Pedalaman Kabupaten TTS, Aipda Yeskiel Hadjo jadi 'Cahaya' Pendidikan, Pertanian dan Ekonomi bagi Warga

digtara.com - Tahun 2009 menjadi awal perjalanan pengabdian Aipda Yeskiel Hadjo di Polsek Kualin, Polres Timor Tengah Selatan (TTS), Polda Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Juga:
Tamat dari pendidikan Polri tahun 2002 lalu dari SPN Polda NTT, ia menjalani masa magang dan pelayanan sebagai anggota Polri di beberapa tempat.
Sejak tahun 2009, Aipda Yeskiel Hadjo menjadi anggota Polres TTS yang ditempatkan di Polsek Kualin.
Kecamatan Kualin sendiri berada sekitar 123 kilometer dari Kota Kupang dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan jarak tempuh sekitar hampir tiga jam. Sementara dari Kota Soe (ibukota Kabupaten TTS), berjarak sekitar 73,5 kilometer dengan jarak tempuh hampir dua jam.
Aipda Yeskiel pun menjalani masa tugasnya selama 16 tahun di wilayah hukum Polsek Kualin.
Pria asal Pariti, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang ini pun mulai beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Hidup di desa bukan hal asing bagi Aipda Yeskiel. Kedua orang tuanya merupakan petani tulen di Desa Pariti sehingga ia sudah terbiasa tinggal di desa.
Saat masa pandemi covid beberapa tahun lalu, Aipda Yeskiel mulai merintis berbagai terobosan memberdayakan masyarakat di wilayahnya.
Yeskiel melihat banyak anak usia sekolah di wilayah kerjanya yang belum fasih berbahasa Inggris. Ia menyadari penuh bahwa tantangan saat ini dihadapkan pada berbagai perubahan yang begitu cepat yang membutuhkan ketrampilan dan kemampuan bahasa asing.
Yeskiel kemudian menggagas bimbingan belajar bahasa Inggris bagi anak segala usia mulai dari usia 6 tahun hingga usia mahasiswa.
Kelas bimbingan belajar bahasa Inggris dilayani di ruang tamu rumahnya di RT 06/RW 04, Dusun 1, Desa Kualin, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS untuk kelompok anak SD, SMP, SMA dan mahasiswa.
Yeskiel memberdayakan salah satu kerabatnya yang memiliki kemampuan mengajar bahasa Inggris. Kebetulan kerabatnya tinggal di Kota Soe sehingga bimbingan belajar bahasa Inggris pun dilakukan setiap akhir pekan pada hari Sabtu sejak pagi hingga siang hari.
Jaqualine Y. Lakilaf selaku Tutor/pengajar yang datang dari Soe memberikan layanan penuh pada setiap hari Sabtu untuk semua kelas. Hal ini dilakukan karena jarak yang cukup jauh dan agar kegiatan anak sekolah tidak terganggu.
Yeskiel pun membayar sendiri uang transport dan uang lelah tutor. Pembayaran pun dilakukan dalam waktu tidak menentu. Kadang per tiga bulan atau per enam bulan atau saat Yeskiel memiliki uang yang cukup yang dikumpulkan dari gajinya sebagai anggota Polri.
Biaya tutor pun bervariasi antara Rp 500.000 hingga Rp 2 juta yang tidak rutin dibayarkan. Walau dengan dana minim, namun kelas Bimbel ini sudah berlangsung hampir tiga tahun dan membantu sekitar 170 orang anak.
Yeskiel dan istrinya, Feby Nailius juga membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan kelompok untuk program pendidikan non formal untuk kesetaraan SD, SMP dan SMA bagi para warga putus sekolah.
PKBM Gratya ini dibangun sejak 2023 lalu dan juga memanfaatkan teras rumah tinggalnya. PKBM ini dibangun secara swadaya bersama istrinya. Para peserta PKBM juga terlibat sebagai kelompok tani yang mengelola 4 hektar lahan di belakang rumah Yeskiel.
Selain terlibat dalam pertanian, ibu rumah tangga peserta PKBM juga membentuk kelompok tenun ikat. Yeskiel membelikan secara swadaya kebutuhan untuk tenun seperti benang dan pewarna bagi belasan kaum ibu untuk menenun selendang dan kain ukuran sedang.
Ibu rumah tangga bisa mengerjakan hasil tenunnya di rumah masing-masing sehingga tidak meninggalkan peran mereka mengurus rumah tangga.
Hasil tenunan dijual kembali. Hasil penjualan dimanfaatkan 40 persen untuk pengadaan kembali bahan tenun dan 60 persen dari keuntungan diperuntukkan bagi kaum ibu penenun. Mereka pun dilibatkan dalam pengolahan lahan pertanian.
Ada pula layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan kelompok bermain bagi anak usia dini di beberapa desa yakni Desa Tuafanu, Toineke, Neutfanu dan Tuapakas Kecamatan Kualin.
Saat ini peserta PAUD dan kelompok bermain ini sudah mencapai 82 orang. Semua biaya untuk operasional ditanggung oleh Yeskiel secara mandiri termasuk membayar biaya bagi pengajar dan pengelola.
Yeskiel juga membentuk kelompok pertanian yakni kelompok wanita tani dan kelompok tani di desa Kualin. Kelompok ini mengolah lahan 4 hektar untuk tanaman jagung, sayur mayur seperti bayam, terong, mentimun, kacang panjang, lombok, kangkung dan aneka sayuran lainnya.
Kelompok tani diisi oleh 30 orang pria yang juga merupakan warga binaan untuk buta aksara dan puluhan ibu rumah tangga.
Seluruh bibit tanaman dan biaya pembukaan serta pembersihan lahan ditanggung oleh Yeskiel dari gajinya sebagai anggota Polri.
Keuntungannya juga dibagi secara adil. 60 persen untuk petani yang terlibat dan 40 persen untuk pengadaan bibit, pupuk, obat serangga dan kebutuhan lainnya.
Tingginya angka putus sekolah dan buta huruf di wilayah Kualin juga menggerakkan hati dari Yeskiel untuk mencerdaskan warga melalui layanan kesetaraan ijazah paket A, B dan C serta pemberantasan buta huruf bagi warga berusia diatas 40 tahun.
Kelompok pemberantasan buta aksara awalnya berjumlah 40 orang, namun karena terbentur dengan budaya dan warga malu sehingga saat ini hanya tersisa 20 orang peserta.
Layanan ini diberikan secara gratis kepada warga yang sama sekali tidak bisa membaca dan menulis untuk diajari sehingga bisa membaca dan menulis.
Sementara untuk kesetaraan sudah tercatat 117 orang peserta yang dilayani secara gratis sehingga bisa mendapatkan ijazah setara ijazah SD, SMP dan SMA. Para peserta mengikuti kesetaraan selama satu tahun di rumah Yeskiel.
Bagi warga tamatan SMA yang karena biaya tidak bisa melanjutkan kuliah ke luar Desa Kualin, Yeskiel pun membuka jaringan dengan Universitas Terbuka untuk layanan kuliah jarak jauh.
Saat ini, kelompok belajar mahasiswa UT sudah berjumlah 150 orang mahasiswa. Untuk memudahkan para peserta kuliah, Yeskiel menyiapkan wifi gratis untuk kuliah online bagi 150 warga yang kuliah UT secara online.
Para mahasiswa UT ini pun diberdayakan dan diajari bercocok tanam sehingga bersama-sama mengelola lahan pertanian yang ada.
Pada awal merintis layanan kelas jarak jauh Universitas Terbuka ini, seluruh fasilitas disiapkan secara pribadi. Guna memperlancar proses perkuliahaan, Yeskiel juga memanfaatkan halaman rumah untuk membuka aula bagi peserta.
Aipda Yeskiel Hadjo mengaku kalau sejak kecil, ia diajari orang tuanya bahwa pendidikan adalah hal penting. Walaupun kedua orang tuanya tidak tamat sekolah dasar, namun mereka memiliki komitmen menyekolahkan anak-anaknya.
Pesan penting dari almarhum orang tuanya ini lah yang menginspirasi ayah empat orang anak ini untuk mencerdaskan warga di sekitar wilayah pelayanannya dengan belajar dan bertani.
Dari hasil bertani dan menenun, warga pun bisa terbantu. Pendapatan warga bisa meningkat dan membantu perekonomian keluarga.
Aipda Yeskiel pun memberikan seluruh layanan ini secara gratis dengan harapan warga bisa pintar dan juga bisa memiliki kemampuan lebih dalam pengolahan lahan pertanian.
Lahan pertanian yang disiapkan juga dibeli secara swadaya oleh Yeskiel dari warga sekitar. Ia pun melibatkan seluruh warga binaan dalam pengelolaan lahan tersebut dan keuntungannya juga diperuntukkan bagi kesejahteraan warga.
Lahan pertanian ini juga cukup kesulitan air. Lagi-lagi Yeskiel secara swadaya mengalirkan air dari mata air sejauh 8 kilometer ke lahan pertanian yang diolah bersama warga binaan.
Secara mandiri, Yeskiel membeli pipa dan perlengkapan lainnya. Ia pun menyambung pipa dari pipa induk seijin pemerintah desa dan mengalirkan air ke lahan pertaniannya dengan sistem pipanisasi.
Air dari pipa ditampung pada wadah air dan air tersebut dimanfaatkan menyiram seluruh tanaman di lahan seluas 4 hektar tersebut serta memenuhi kebutuhan air bersih di rumah yang merupakan pusat kegiatan belajar bagi warga masyarakat.
Yeskiel juga meminta bantuan istrinya yang kebetulan merupakan sarjana pendidikan untuk membantu dalam pemberantasan buta aksara dan bimbingan belajar.
Hingga saat ini, layanan bimbingan belajar gratis Bahasa Inggris masih diikuti 75 orang peserta secara gratis karena seluruh kebutuhan ditanggung oleh pengelola Aipda Yeskiel Hadjo.
Walau memiliki banyak kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian, ekonomi dan pendidikan, Yeskiel tidak melupakan tugas utamanya. Ia tetap rutin mengikuti apel pagi dan menyelesaikan seluruh tugas dan tanggung jawabnya sebagai Wakapolsek Kualin.
Pekerjaan pertanian dan pendidikan ini baru dilakukan usai menyelesaikan tugas utamanya sebagai anggota Polri.
Selain aktif dalam layanan tugas dan kemasyarakatan, Aipda Yeskiel juga terlibat aktif pada pekerjaan rohani.
Ia juga merupakan majelis gereja di GMIT Kualin dan masuk menjadi anggota panitia pembangunan gedung gereja yang aktif melakukan upaya pencarian dana bagi pembangunan gereja.
Aipda Yeskiel pun malah menawarkan diri menjadi koster (pekerja gereja) yang bertugas bagi kebersihan gedung kebaktian. setiap hari Sabtu, Yeskiel bertugas menyapu dan mengepel gedung kebaktian, mempersiapkan liturgi dan membersihkan halaman gereja sehingga jemaat aman dan nyaman dalam ibadah.
Usai ibadah Minggu, Yeskiel pun bertugas membersihkan gedung kebaktian dan memastikan pelayanan sudah berjalan dengan baik.
Yunus, salah satu warga belajar buta aksara yang ikut serta dalam kelompok tani binaan Aipda Yeskiel merasa bersyukur terlibat dalam kegiatan tersebut.
Selain bisa membaca dan menulis, ia pun bisa terlibat dalam pengolahan lahan pertanian. Hasil dari usahanya ini bisa dinikmati bersama keluarga. Diatas lahan 4 hektar tersebut, mereka menargetkan bisa memanen 10 ton jagung pada bulan April 2025 mendatang.
Yeskiel yang ditemui di lahan miliknya pada akhir pekan lalu masih memiliki mimpi untuk memiliki sumur bor sehingga bisa memanfaatkan lahan tidur di sekitar lahan miliknya bersama warga setempat.
"Saya berharap bisa mendapatkan bantuan sumur bor sehingga memudahkan kami mengolah lahan yang ada. Ini semula adalah lahan tidur dan hutan yang kami rintis untuk lahan pertanian," ujarnya.
Kapolres TTS, AKBP Sigit Harimbawan juga mengapresiasi inisiatif dan terobosan anggotanya. "Kita sangat apresiasi dan mendukung apa yang dilakukan anggota dalam memberdayakan masyarakat dibidang pendidikan, ekonomi dan pertanian," ujarnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (8/3/2025) lalu.

Periksa Sembilan Saksi, Polda NTT Benarkan Mantan Kapolres Ngada Terlibat Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Dibawah Umur

Puslitbang Polri Teliti Kejahatan Digital di NTT

Sejumlah Anak Dibawah Umur Diduga jadi Korban Pencabulan Mantan Kapolres Ngada

Sudah Teruji, Wakapolda NTT Pastikan Penerimaan Anggota Polri Terapkan Sistem BeTAH dan One Day Service

5.363 Orang Mendaftar Sebagai Calon Anggota Polri di Polda NTT
