Puluhan Warga di Kabupaten TTS Keracunan Usai Konsumsi Daging Sapi

Namun mereka tidak memeriksakan diri ke Pustu terdekat tetapi minum obat paramex yang dibeli sendiri di kios terdekat.
Baca Juga:
Setelah mengetahui, penyebab sakit perut mereka adalah karena daging tersebut, istri Simeon langsung membuang olahan tersebut ke !njing milik mereka.
Sisa Daging lainnya dibawa oleh Felpina Mambait ke rumahnya untuk makanan anjing.
Rabu, 5 Maret 2025, keluarga yang mendapatkan daging di desa Fatukoko semuanya mengalami gejala yang sama, yakni nyeri perut, mencret berulang, sakit kepala dan disertai nyeri perut.
Namun, semuanya tidak memeriksakan diri ke Pustu.
Hingga pada Kamis, 6 Maret 2025 malam sekitar pukul 18.45 wita, Felpina merasa sangat lemas dan diarenya tidak kunjung sembuh sehingga ia berencana ke Pustu untuk memeriksakan diri.
Saat di Pustu, Felpina juga tidak menceritakan kejadian yang menimpa mereka.
Hingga besoknya pada Jumat 7 Maret 2025 baru diketahui oleh petugas surveilans dan tim.
Petugas surveilans dan 2 orang petugas lainnya ke Desa Fatukoko melakukan pemeriksaan di rumah pasien diare yakni Felpina Mambait namun ia sudah tidak berada di rumah karena ke rumah anaknya.
Saat pelacakan, ditemukan ada 5 orang di rumah keluarga Simeon yang mengalami gejala diare yang sama.
Juga ditemukan 2 orang lagi yakni ponakan dari Simeon yg berada di samping rumah yang mengalami gejala yang sama pula.
Setelah ditelusuri dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut maka ditemukanlah penyebab diare pada 8 orang tersebut yakni akibat mengkonsumsi daging sapi .
"Petugas mengetahui ada peningkatan kasus yang bersumber dari daging sapi yang disembelih di Desa Salbait. Maka petugas menghubungi petugaa Pustu Nik'ana Desa Salbait untuk melakukan konfirmasi kasus," ujar Kadis Kesehatan.
Dalam pelacakan kasus tersebut, didapati data sementara bahwa terdapat 29 orang yang mengalami diare akibat konsumsi daging sapi tersebut, terdiri dari 8 orang di Desa Salbait dan 21 orang di Desa Fatukoko.
"Hasil investigasi dan pelayanan kesehatan, total kasus pada kejadian tersebut pada kondisi tanggal 8 Maret 2025 sebanyak 57 kasus," ujarnya.
Dari jumlah kasus tersebut, terbanyak pada usia produktif tersebar di Desa Salbait dan Desa Fatukoko, Kecamatan Mollo Barat.
Sebagian besar penderita mengalami gejala setelah 9-10 jam setelah penderita mengkonsumsi makanan.
Kadis menegaskan, berdasarkan masa inkubasi dugaan sementara penyebab adalah bakteri Clostridium perfringens.
Berdasarkan hal tersebut, di Desa Salbait yang bergejala sebanyak 8 orang dari 29 orang yang mengkonsumsi karena daging yang disembelih langsung diolah untuk dikonsumsi.

Puluhan Sepeda Motor Milik Anggota Polda NTT Terjaring Razia Internal Propam

Komisi III DPR RI Desak Mabes Polri Pecat Kapolres Ngada Non Aktif

Mantan Kapolres Ngada Terlibat Kasus Pidana, Polda NTT Minta Maaf dan Janji Akan Tegakkan Hukum

Diduga Terlibat Pembunuhan Aprion Boru, Polisi Tangkap Dua Orang Pria

Periksa Sembilan Saksi, Polda NTT Benarkan Mantan Kapolres Ngada Terlibat Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Dibawah Umur
