Warga Asal NTT Enggan Kembali Lagi ke Wamena
digtara.com | KUPANG – Puluhan warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah bertahun-tahun tinggal di Wamena Papua harus rela meninggalkan usaha dan tempat tinggalnya di Wamena Sabtu (19/10/2019).
Baca Juga:
Pasca konflik besar-besaran yang terjadi di Kabupaten Wamena, Provins Papua pada September lalu. Sejumlah warga pendatang termasuk warga asal Provinsi NTT memilih pulang ke tempat asalnya.
Ada 54 warga yang asal provinsi NTT yang selama ini tinggal di Wamena Papua tiba di Kota Kupang.
Mereka merupakan bagian dari total 152 warga asal NTT yang tiba di Pelabuhan Tenau Kupang dengan menggunakan Kapal Bukit Siguntang, sekira pukul 06.30 Wita.
Warga asal NTT lainnya sudah pulang ke daerah asal seperti Maumere Kabupaten Sikka, Nagekeo, Ende dan Manggarai. 54 exodus yang baru tiba ini dipulang ke Kabupaten Kupang, Timor Tengah selatan (TTS), Belu, Malaka, Alor dan Rote Ndao dan Sabu Raijua.
Mereka terdiri dari warga Kota Kupang 4 orang, Kabupaten Kupang 10 orang, Kabupaten TTS 17 orang, Kabupaten Belu 1 orang, Kabupaten Malaka 4 orang, Kabupaten Alor 9 orang, Kabupaten Rote Ndao 9 orang dan Kabupaten Sabu Raijua 1 orang.
Mereka terdiri dari 27 orang pria dan 27 orang perempuan. Dari jumlah tersebut ada 16 orang balita terdiri dari 10 orang balita pria dan 6 orang balita perempuan.
Para warga ini yang tertua berusia 39 tahun dan paling kecil berusia 11 bulan.
Difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi melalui Kantor Dinas Sosial provinsi NTT dengan personil Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi NTT menjemput langsung puluhan exodus yang datang dari atas kapal, dengan membantu menggendong anak turun dari atas kapal dan juga membantu barang-barang para exodus.
Para peserta pun langsung memasuki Posko Kemanusiaan Penanganan Korban Konflik Sosial Wamena Papua untuk mendapatkan penangan lebih lanjut, seperti periksa kesehatan dan juga anak-anak diajak bermain di Ruang Sahabat Anak.
Barnabas Sanam (38), warga asal Kabupaten TTS mengaku kalau semua aset seperto rumah, ruko, kios, toko yang ada di depan jalan besar dibakar massa saat kerusuhab hingga hancur. Massa yang diperkirakan ratusan orang menyiram bahan bakar seperti bensin dan minyak tanah lalu membakar semuanya fasilitas di sisi jalan.
Ia mengaku kalau saat itu ia sedang berada di rumah nya. Ia memilih melindungi dan memeluk anak nya sambil menutup pintu rumah rapat-rapat dan diam di dalam rumah dengan harapan segera ada pertolongan. Bersyukur tidak lama ada aparat keamanan dari anggota TNI datang jemput mereka sekeluarga untuk mengungsi di gereja.
Sementara Agustina Juweni (35) asal Kabupaten Alor mengaku sangat kaget, takut dan trauma dengan kejadian tersebut. Pasalnya sejak tahun 2012 baru kali ini ia merasakan kerusuhan besar-besaran yang mencengangkan dan menakutkan itu.
“Suami saya kerja sebagai tukang bangunan. Saya datang dengan anak-anak saya karena Suami masih ada di Wamena. Karena trauma maka kami memilih pulang duluan ke NTT,” ujarnya.