PDHI: Pemprovsu Segera Musnahkan Babi di Sumut
digtara.com | MEDAN – Soal kematian puluhan ribu babi di Sumatera Utara menjadi perhatian serius berbagai kalangan. Menyikapi fenomena tersebut. Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) lakukan pemusnahan ternak babi untuk menghentikan virus African Swine Fever (ASF) yang sedang mewabah di 18 kabupaten/kota di provinsi itu.
Baca Juga:
Menurut Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) mendesak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) agar cepat menyelesaikan kasus ini.
“Wabah yang terkena kepada babi di Sumut adalah african swine fever (ASF). Itu sudah dikonfirmasi oleh Balai Veteriner. Sementara untuk penanggulangannya sudah sama-sama kita lakukan dan mendesak kementerian pertanian agar segera mendeklarasikan dan Alhamdulillah sudah. Per tanggal 18 Desember 2019 (Sumut) sudah menjadi daerah yang (terjangkit) wabah,†kata Ketua PDHI Sumatera Utara, Drh. Adhona Bhajana.
Menurut Adhona penanganan kasus ini dengan cara babi harus dimusnahkan. “Namun kendalanya seperti yang kita ketahui bahwa kekurangan alokasi anggaran. Sebaiknya pemerintah bersama-sama duduk untuk memecahkan masalah ini dalam hal alokasi dana,†imbaunya.
“Oleh karena itu kami berharap agar wabah ini dituntaskan sehingga masyarakat bisa terselamatkan,†sambung Adhona.
Terkait dampak ASF selain kepada babi, Adhona menegaskan wabah tersebut tidak berdampak kepada manusia. “Dampak wabah ini kepada manusia tidak apa-apa dan dikonsumsi juga tidak apa-apa selagi dimasak dan diolah dengan baik, bukan berupa bangkai. Kalau untuk ke hewan lain tidak menular karena hanya menular sesama babi,†terangnya.
Adhona menjelaskan perbedaan hog cholera dengan ASF adalah tingkat kematian yang lebih cepat disebabkan virus ASF. “Kalau dari tingkat kematiannya lebih cepat ASF. Dalam tempo tiga hari langsung mati, lebih cepat daripada hog cholera,†jelasnya.
PDHI juga telah menggandeng pemerintah untuk melakukan disinfektan terhadap ternak babi milik warga.
“Kita bersama dengan pemerintah khususnya dinas ketahanan pangan memberikan bantuan berupa desinfektan untuk menetapkan sistem biosecurity. Kebanyakan peternak kecil tidak melakukan ini sehingga kita yang melakukannya,†tuturnya.
“Kita juga berikan edukasi seperti penyuluhan kepada masyarakat kecil tentang bagaimana mengenali ternak yang terkena ASF atau hog cholera.â€
“Untuk vaksin ASF belum ada diciptakan. Penyakit ini banyak datang dari Vietnam atau Tiongkok, namun ada juga dari Timor Leste. Sementara di Indonesia baru kali ini terjadi di Sumut yang ditetapkan sebagai wabah ASF,†ungkap Adhona.
Sementara Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara mencatat sampai saat ini babi yang mati mencapai 39.000 dari total populasi 1.229.741 ekor. Kematian babi sudah terjadi di 18 kabupaten/kota se-Sumut.