Bentrok Mahasiswa Unimed Bermula Dari Surat Peringatan Rektor
digtara.com – Bentrok antara mahasiswa dan petugas keamanan di kampus Universitas Negeri Medan (Unimed) ternyata bermula dari surat peringatan pihak rektorat.
Baca Juga:
Ketua Umum Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unimed, Rahmat Hakiki Lubis, menjelaskan bahwa pada awalnya Mapala Unimed sempat mendapatkan Surat Peringatan dari pihak rektorat untuk mengindahkan aturan kegiatan kampus.
“Jadi awalnya itu dari SP 1 yang diberikan wakil rektor 3 kepada kami melalui stafnya. Setelah itu kami melayangkan surat ke Rektorat untuk permohonan audiensi. Tapi di situ kami sudah mengindahkan peraturan yang dibuat yakni tidak boleh ada kegiatan di atas jam 7 malam,” ungkapnya kepada digtara.com, Sabtu (3/9/2020).
Ia menyebutkan pada hari Kamis, 1 Oktober 2020, pihaknya sempat mengadakan Training of Trainer atau ToT di Sekretariat dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
“Waktu itu sudah mau bubar sebenarnya tapi, sudah selesai ToT kami istirahat sebentar. Setelah itu kami didatangi 30 satpam,” katanya.
Setelah itu, Rahmat mengatakan dirinya sempat menemui Pembina Mapala Unimed yang juga merupakan seorang dosen yang saat itu berada di asrama mahasiswa Papua.
“Saat itu ada perdebatan sedikit dan ada kata-kata yang tidak pantas juga dilontarkan kepada kami. Karena tidak menemui jalan keluar kami memutuskan untuk kembali,” tutur Rahmat.
Kemudian, setelah ada pembubaran dari satpam Rahmat dan beberapa anggota lainnya memutuskan untuk melakukan aksi di pintu 4 Unimed yang dilanjutkan ke pintu 2 Unimed.
“Setelah itu kami memutuskan untuk pergi ke Jalan pancing rame-rame untuk persiapan melakukan aksi menyuarakan pendapat lah. Aksi damai lebih tepatnya,” ujarnya.
Setelah itu, Rahmat mengatakan aksi pembongkaran Sekretariat Mapala Unimed yang dikomandoi oleh pembina Mapala Unimed dilakukan keesokan harinya setelah Salat Jumat.
“Terus besoknya kami lagi di sini, sekitar setelah Salat Jumat mereka datang yang dikomandoi Pembina Mapala Unimed, ada dosen juga, dekan, tentara, polisi juga ada untuk mengangkut semua barang-barang di Sekretariat kami. Kami di situ minta mereka menunjukkan surat perintah dari atasan, tapi mereka tidak mampu menunjukkan, jadi kami pun menolak untuk diangkuti barang-barang kami, karena kami menolak orang itu agresif dan arogan,” ucapnya
“Yang saya bingungkan itu muncul tentara dan pihak kepolisian mereka kan bukan naungan universitas, yang melakukan pemukulan pun mereka itu,” tambah Rahmat.
Kejadian pengangkutan barang-barang dari Sekretariat Mapala Unimed secara paksa ini pada akhirnya berujung audiensi dengan Wakil Rektor 3 yang akan dilakukan sekitar tanggal 5 hingga 9 September 2020.
“Kami enggak masalah kalau ada penindakan begini, cuma kan harusnya ada mediasi dulu enggak tiba-tiba begini. Nah di situ akhirnya ada dari pihak WR 3 mengatakan akan dilakukan audiensi pada tanggal 5 sampai 9 Oktober 2020,” tandasnya.
[AS]
https://www.youtube.com/watch?v=o1X66r3ek3s
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.