Nasib Sopir Angkot di Pusaran Pandemi Hingga Kemajuan Teknologi, Mau Kemana Masa Depan Kami?
digtara.com – Merebaknya virus Covid-19 di tahun 2020 ini, tentu membuat masyarakat luas resah. Bukan hanya Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Nasib Sopir Angkot di Pusaran Pandemi Hingga Kemajuan Teknologi, Mau Kemana Masa Depan Kami?
Baca Juga:
Salah satu dampak yang terasa sekali ialah hilangnya lapangan kerja serta persaingan yang semakin ketat untuk mampu bertahan hidup.
Hal itu pula lah yang dirasakan oleh sopir angkutan kota (Angkot), Budikarta Bukit ketika berusaha mempertahankan hidup di masa pandemi ini.
Ia mengungkapkan sudah beberapa bulan ini, pendapatannya menurun hingga 50 persen.
Pria berumur 47 tahun itu meluapkan keluhannya saat ditemui melakukan mogok massal bersama para sopir angkot Rahayu 103 lainnya di Fly Over Jamin Ginting Medan, Senin 16 November 2020 malam.
“Sebelum masa pandemi pendapatan sopir tiap harinya bisalah dapat Rp 100.000. Kalau sekarang, turun 50 persen lah, jadi tinggal Rp 50.000,” jelasnya.
Budi yang tinggal di sekitar Jalan Jamin Ginting ini menjelaskan penurunan pendapatan itu disebabkan banyaknya masyarakat yang akhirnya memutuskan pulang kampung serta berdiam diri di rumah.
Terkhususnya penumpang dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang menerapkan proses belajar secara daring. Alhasil, dominan kalangan intelektual tersebut pulang kampung dan minim menggunakan angkot.
Selain itu, dengan wajah kesal, Budi mengungkapkan kehadiran transportasi online juga menjadi kepelikan tersendiri di kalangan para sopir angkot.
Pasalnya, persaingan menjadi lebih ketat dan peluang mendapatkan penumpang semakin kecil.
“Penumpang segitu ajanya jumlahnya. Tapi saingan bertambah seperti Gojek, Grab bahkan yang terbaru Maxim dan Oke Jack. Mau dibawa kemana lagi masa depan para sopir ini?,” ucapnya dengan kesal.
Seumpama sudah jatuh tertimpa tangga, kecewaan Budi semakin bertumpuk saat mengetahui pemerintah kota Medan justru memperkeruh keadaan dengan meluncurkan bus Trans Metro Deli.
Kabarnya, bus yang telah diresmikan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada pekan lalu tengah diaktifkan secara gratis sampai Desember 2020.
Berangkat dari itulah, puluhan para sopir angkot lakukan mogok massal dari pukul 15.00 WIB hingga pukul 20.40 Wib.
Ia juga menceritakan sempat berhenti bekerja selama 3 bulan dan mendapatkan sekali bantuan sembako dari pemerintah melalui kepala lingkungan di daerahnya.
“Selama ini harapan kami berada di penumpang. Sekarang, mau kemana lagi kami cari sumber pencaharian untuk hidup? Penumpang yang di Medan, dari biasa, paling tinggal 50 persen. Itu pun lebih suka mengurung diri karena takut terpapar pandemi,” tandasnya.
[ya]Â Nasib Sopir Angkot di Pusaran Pandemi Hingga Kemajuan Teknologi, Mau Kemana Masa Depan Kami?