Udang Mulai Langka di Bagan Deli, Begini Kata DEM Sumut
digtara.com – Udang mulai langka di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Berdasarkan hasil survey Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Utara (DEM SUMUT) di Bagan Deli, Medan ternyata banyak hal yang kurang baik untuk dilihat dan perlunya tingkat kepedulian yang tinggi dari pemerintah setempat. Udang Mulai Langka di Bagan Deli, Begini Kata DEM Sumut
Baca Juga:
Dalam survey yang dilakukan pada desa binaan tersebut sangat disayangkan ternyata banyak sampah yang hanyut dan terbawa arus menuju ke laut lepas. Ternyata, sampah-sampah itu bukanlah 100% dari warga setempat. Melainkan dari hulu yang terbawa oleh arus dan menuju ke sungai.
“Banyak sampah yang tersangkut di tanaman bakau yang berada di desa binaan tersebut. Namun, tidak sedikit juga yang terbawa arus hingga ke laut lepas,” ujar Human Resource Department DEM Sumut, Gufron Ginting dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/1/2021).
Bahkan saat ini juga banyak bentos yang telah hilang dari lingkungan setempat, dimana hal ini dikarenakan tingginya pencemaran yang terjadi.
“Sampai saat ini tidak dapat kita pungkiri bahwasannya nelayan masih jauh dari kata kesejahteraan hal ini dikarenakan dari segi hasil dan cara pengolahan yang dilakukan seperti penjualan. Selain itu juga nelayan maksimal hanya dapat melaut paling lama adalah 20 hari hal ini dikarenakan masih terbatasnya alat. Faktor lain yang membuat kurang sejahtera adalah susahnya mencari ikan atau udang-udangan seperti udang kelong. Saat ini untuk mendapatkan satu ekor udang kelong saja sangat sulit,” sebut Tok Anim (74), Tokoh masyarakat setempat.
Selain itu juga nelayan belum memiliki jaminan dalam pendapatan, beda hal nya dengan mereka yang bekerja di daratan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat setempat melakukan berbagai aktifitas dimana udang lipan yang dulu tidak laku dijual, tetapi saat ini sudah mulai dijual di sekitaran.
Namun, sangat disayangkan pencemaran yang terjadi bukan sekedar dari sampah plastik saja. Tetapi juga ditambah dengan banyaknya pertumpahan minyak berjenis solar dari perahu-perahu nelayan yang menyebabkan ekosistem mulai terganggu.
“Kita selaku orang yang berpendidikan harus bisa memberikan edukasi terhadap apa dampak pencemaran yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Seperti yang kita ketahui bahwasannya ekosistem estuary memiliki karakteristik tertentu dan dipengaruhi oleh pasokan air tawar yang selanjutnya akan berhubungan bebas dengan laut terbuka,” sebutnya.
Menurutnya, jika system estuary tercemar maka sumber zat hara dan habitat makhluk hidup seperti ikan dan udang-udangan juga akan hilang.
“Begitu juga dengan sebaliknya. Berdasarkan studi banding yang saya lakukan di Merauke ternyata permasalahan sampah dan pertumpahan minyak terjadi dimana mana,” paparnya.
Permasalahan pertumpahan minyak dan pembuangan sampah ke perairan juga terjadi di sekitaran pesisir Aceh dan Papua. Bahkan permasalahan ini sudah terjadi di setiap wilayah Indonesia.
“Sampah yang dibuang secara sembarangan akan hanyut ke laut lepas dan berdampak bagi komponen yang ada di lautan. Seperti yang kita ketahui untuk menguraikan satu sampah plastik saja membutuhkan waktu 10 hingga 1000 tahun, sedangkan untuk botol plastik membutuhkan waktu 450 tahun. Belum lagi ditambah dengan sampah-sampah lain seperti popok bayi, pembalut, kaleng, kaca, kain, sampah rumah tangga dan lainnya,” ucapnya.
Dalam hal ini, pelibatan masyarakat berkontribusi penting untuk menjaga serta melakukan rehabilitasi kawasan pesisir.
Pelibatan tersebut meliputi persiapan program, implementasi maupun monitoring sehingga masyarakat merasa bertanggung jawab dalam rehabilitasi dan pemeliharaan lingkungan guna terciptanya lingkungan pesisir yang lestari.
Namun, sinergi dan komunikasi yang baik antara pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku sangat diperlukan untuk mengefektifkan pelibatan masyarakat ini.
“Pastinya dalam melakukan rehabilitasi kawasan tersebut kita tidak bisa langsung meninggalkannya begitu saja. Tapi kita juga harus terus mendukung setiap kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agara tujuan utama kita bisa tercapai. Ketika laut kita bersih maka kita juga akan sehat. Oleh karena itu. bijaklah dalam menggunakan berbagai hal dan pastikan itu tidak berdampak buruk bagi kita kedepannya seperti pencemaran dan pertumpahan minyak yang terjadi yang selanjutnya mematikan system estuary,” tandasnya.
[ya]Â Udang Mulai Langka di Bagan Deli, Begini Kata DEM Sumut