Rabu, 18 Desember 2024

Kelor dan Upaya Penurunan Stunting di NTT

Imanuel Lodja - Rabu, 19 Juli 2023 02:02 WIB
Kelor dan Upaya Penurunan Stunting di NTT

digtara.com – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah dengan angka stunting tertinggi secara nasional pada 2021 sesuai laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan.

Baca Juga:

Tercatat, angka prevalensi di provinsi tersebut sebesar 37,8 persen.

Dari 22 kabupaten/kota di NTT, sebanyak 13 kabupaten di NTT memiliki prevalensi balita stunting di bawah angka provinsi tersebut.

Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting terendah di NTT, yakni 23,4 persen.

Baca: AMMTC Digelar di Labuan Bajo-NTT, Tim Div Hubinter Survei Lokasi Kegiatan

Diikuti Kota Kupang 26,1 persen, Kabupaten Sikka 26,6 persen, Kabupaten Ende 27,2 persen, dan Kabupaten Nagekeo 28,1 persen.

Sementara, prevalensi stunting terbesar di NTT pada 2021 terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 48,3 persen.

Stunting merupakan kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya. Kondisi ini terjadi akibat masalah gizi kronis atau kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama.

Pemerintah Provinsi NTT dibawah kepemimpinan gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan wakil gubernur, Josef A. Nai Soi melakukan berbagai gebrakan dan terobosan mencegah dan menurunkan angka stunting.

sejumlah upaya dilakukan mulai dari pelibatan seluruh unsur masyarakat hingga aparat TNI serta memberdayakan kaum ibu hingga di tingkat pedesaan melalui PKK.

PKK sebagai organisasi sosial juga bergerak hingga ke bawah dan menciptakan aneka produk untuk mencegah dan menekan stunting di 22 kabupaten/kota di NTT.

Baca: Satu DPO Kasus Pembunuhan di Sumba Barat-NTT Dibekuk Polisi

PKK NTT dibawah kepemimpinan Ny Julie Sutrisno Laiskodat dan Ny Maria Nai Soi menggandeng Dinas PMD Provinsi NTT membuat produk makanan dan minuman berbahan dasar kelor.

Manfaat daun kelor untuk kesehatan sudah terkenal sebagai obat herbal. Daun kelor (Moringa Oleifera) sejak lama digunakan sebagai obat tradisional yang baik untuk mencegah kanker dan menjaga tekanan darah.

“Kandungan kelor atau marungga yang baik untuk kesehatan seperti antioksidan dan berbagai nutrisi lainnya dimana antioksidan yang ada dalam kandungan daun kelor, antara lain vitamin C, beta karoten, quercetin, dan chlorogenic acid.,” ujar Ketua TP PKK NTT, Ny Julie Sutrisno Laiskodat saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.

Selain antioksidan, daun kelor juga mengandung vitamin dan mineral, antara lain Vitamin B6, Vitamin B2, Vitamin C, Vitamin A, zat besi, dan Magnesium.

“Satu mangkuk daun kelor atau sekitar 21 gram mengandung protein nabati, sebanyak dua gram,” ujarnya.

Sementara Kadis Perindag Provinsi NTT, Nazir saat dikonfirmasi Selasa (18/7/2023) menyebutkan kalau 100 gram daun kelor kering mengandung protein dua kali lebih tinggi dari yoghurt, vitamin A tujuh kali lebih tinggi dari wortel, kalium tiga kali lebih tinggi dari pisang, kalsium empat kali lebih tinggi dari susu, dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk.

Daun kelor juga mengandung vitamin B6, zat besi, magnesium, serta riboflavin B2.

“Daun kelor memiliki efek samping yakni mengandung kadar anti nutrisi yang tinggi. Apabila dikonsumsi berlebihan, asupan ini dapat mengurangi penyerapan mineral dan protein,” ujarnya.

Kelor juga sudah digunakan di banyak negara yang menderita malnutrisi, stunting, yang kemudian sudah lepas dari masalah itu.

“Kelor diakui WHO dan FAO mampu menangani malnutrisi,” tambahnya.

Ia menyebutkan kalau kandungan daun kelor yang merupakan sayuran kaya akan manfaat bagi tubuh, salah satunya dapat mencegah potensi stunting atau kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak anak akibat kekurangan gizi.

Langkah awal yang dilakukan pemerintah provinsi NTT dengan mensosialisasikan manfaat daun kelor di tengah masyarakat secara masif dan dilakukan edukasi secara utuh.

Nazir menyebut kalau pencegahan stunting melalui pemanfaatan fungsi kandungan daun kelor itu merupakan bentuk aksi intervensi sensitif dari sektor hulu.

Yang dapat disampaikan kepada keluarga yang berpotensi berisiko stunting.

Yakni keluarga dengan kelompok remaja, ibu hamil dan ibu pasca melahirkan dan anak bayi dibawah dua tahun (baduta).

Nazir menegaskan kalau pemerintah provinsi NTT mengajak masyarakat menanam dan mengkonsumsi daun kelor atau produk kelor dan menganjurkan agar kelor menjadi kebutuhan untuk kesehatan.

Aksi pemanfaatan kelor untuk pencegahan stunting juga dilakukan dinas PMD Provinsi NTT.

Kabid Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi NTT, Mathias M. Beeh, S.St.Par saat diwawancara wartawan di Hotel Aston Kupang, akhir pekan lalu menyebutkan kalau saat ini sejumlah produk kelor tersedia di sejumlah sentra kecil di desa atau kabupaten.

“seluruh produk kelor ada di seluruh kabupaten,” Ujarnya.

Agar ketersediaan produk tersebut tetap terjaga maka pemerintah provinsi NTT membangun sinergi agar produktivitas kelor bisa didorong pemanfaatannya bukan saja untuk konsumtif tetapi juga di pasar nasional.

Salah satu pihak yang digandeng adalah TNI.

“Kerjasama dan sinergi dengan TNI untuk melakukan kolekting dari masyarakat karena kelor ada di desa-desa. Saat ini TNI ada di desa untuk menjemput produk kelor sehingga akan menjadi kolaborasi,” ujarnya.

Harapannya, produk kelor bisa tersedia di dapur kelor Dekranasda untuk ditampung dan didistribusikan atau dijual.

Mathias Beeh juga mengakui kalau gubernur dan wakil gubernur terus mendorong produk kelor sebagai produk luar biasa untuk dilakukan ekspor.

Dinas PMD Provinsi NTT mensupport selain dari penguatan desa melalui BUMDes untuk pemberdayaan sumber daya yang ada di daerah, tetapi juga pembuatan dan produksi melalui mesin pengering dan mesin pengepul.

Pihaknya berharap tiap desa menciptakan produk luar biasa untuk potensi kelor.

“Desa kita berdayakan untuk menciptakan produk kelor,” tandasnya.

Di seluruh daerah di NTT memiliki potensi kelor luar biasa.

“Namun bagaimana potensi kelor dibuat menjadi sebuah produk unggul yang bisa dilakukan kolaborasi,” tandasnya.

Di tingkat provinsi melalui dekranasda, seluruh produk kelor di tamping.

“Semua desa punya potensi untuk menjadi role model dalam pemanfaatan kelor,” tambahnya saat ditanya soal desa yang menjadi role model pemanfaatan kelor.

“Tinggal bagaimana keberlanjutan dan butuh networking serta kerjasama dilakukan agar proses penjualan tidak mandek di tingkat kabupaten dan pemerintah provinsi NTT siap melakukan upaya memberdayakan stakeholder yang ada,” tegas Mathias Beeh.

Tanaman kelor pun bukan saja untuk meningkatkan ekonomi tetapi juga pemenuhan gizi masyarakat terutama agar masyarakat tidak mengkonsumsi produk instan dari toko.

Ia berharap masyarakat disadarkan terkait potensi yang harus diberdayakan karena ada peluang untuk dikembangkan.

“Kita sadarkan masyarakat karena NTT masih dalam stunting yang lumayan tinggi sehingga pemenuhan gizi keluarga lebih baik dan pemprov NTT melakukan kolaborasi dengan semua pihak terkait agar menekan stunting,” ujarnya.

Angka prevalensi stunting di wilayah NTT pada 2021:

Kabupaten Flores Timur: 23,4%
Kota Kupang: 26,1%
Kabupaten Sikka: 26,6%
Kabupaten Ende: 27,2%
Kabupaten Nagekeo: 28,1%
Kabupaten Sumba Timur: 28,8%
Kabupaten Ngada: 29%
Kabupaten Malaka: 31,4%
Kabupaten Lembata: 31,7%
Kabupaten Manggarai: 33,1%
Kabupaten Sabu Raijua: 33,9%
Kabupaten Sumba Tengah: 34%
Kabupaten Sumba Barat: 37%
Kabupaten Manggarai Barat: 38,5%
Kabupaten Belu: 39,9%
Kabupaten Rote Ndao: 40,1%
Kabupaten Kupang: 40,4%
Kabupaten Manggarai Timur: 42,9%
Kabupaten Sumba Barat Daya: 44%
Kabupaten Alor: 44,8%
Kabupaten Timor Tengah Utara: 46,7%
Kabupaten Timor Tengah Selatan: 48,3%
NTT: 37,8%

 

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News

Kelor dan Upaya Penurunan Stunting di NTT

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Pj Bupati Langkat Dorong Sinergitas antar OPD dalam Evaluasi Penurunan Stunting 2024

Pj Bupati Langkat Dorong Sinergitas antar OPD dalam Evaluasi Penurunan Stunting 2024

Balita Stunting dan Kaum Difabel di Kabupaten Kupang Dapat Bantuan dari Polres Kupang

Balita Stunting dan Kaum Difabel di Kabupaten Kupang Dapat Bantuan dari Polres Kupang

Pj.Bupati Langkat ajak Keroyokan Penangan Stunting di Langkat

Pj.Bupati Langkat ajak Keroyokan Penangan Stunting di Langkat

Polri di Polsek Wolowaru Berkomitmen Dukung Penanganan Stunting

Polri di Polsek Wolowaru Berkomitmen Dukung Penanganan Stunting

Peduli Stunting di Langkat, Syah Afandin Terima Penghargaan Tribunmedan.com

Peduli Stunting di Langkat, Syah Afandin Terima Penghargaan Tribunmedan.com

Plt Bupati Langkat:  Diperlukan Keterlibatan Semua Pihak Turunkan Angka Stunting

Plt Bupati Langkat:  Diperlukan Keterlibatan Semua Pihak Turunkan Angka Stunting

Komentar
Berita Terbaru